Lihat ke Halaman Asli

Hoaks sebagai Ekspresi Kebebasan yang Kebablasan

Diperbarui: 4 November 2019   01:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi bersuara keras. (sumber: pixabay)

Kebebasan adalah kerinduan setiap manusia. Kerinduan akan kebebasan melahirkan pencarian. Dalam filsafat pencarian akan makna kebebasan tidak mengenal kata selesai karena refleksi atasnya terus berkembang. 

Dalam pencarian itu berbagai pertanyaan pun muncul, di manakah kebebasan itu  ditemukan? Dari manakah asal kebebasan itu? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini lahir dari kenyataan bahwa secara alamiah manusia selalu ingin bebas.

Kebebasan tidak pernah lepas dari manusia. Hanya manusialah yang menyadari dan mampu merefleksikan kebebasannya. Oleh karena itu kebebasan adalah bagian dari realitas manusia.

Namun kebebasan bukanlah konsep yang sudah pasti. Kebebasan sering menjadi persoalan ketika dikonfrontasikan dengan etika, terutama pertanyaan tentang tanggungjawab. Sebab dengan kebebasannya manusia dapat memilih, yang baik atau jahat.

Hoaks (berita bohong) adalah salah satu persoalan krusial masyarakat Indonesia akhir-akhir ini. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi. 

Tidak sedikit orang menyebarkan berita bohong untuk menjatuhkan orang lain yang dianggap saingan dalam perebutan kekuasaan, ekonomi, sosial dan berbagai kepentingan lainnya. Tujuannya ialah menciptakan stereotip negatif berupa rasa benci, tidak percaya, marah, dan yang serupa dengan itu.

Baruch Spinoza adalah satu dari sekian banyak filosof mengulas tentang kebebasan manusia. Menurut Spinoza manusia yang bebas adalah manusia yang berusaha hidup menurut tuntunan akal budinya. 

Akal budi memiliki peran penting bagi setiap manusia. Sebab dengan akal budinya manusia berusaha menyadari setiap kenyataan yang dialaminya dan berusaha memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang dirinya.

Dengan memahami dirnya ia akan berusaha memahami lingkungan, sesama dan akhirnya mengenal tujuan akhir dari hidupnya yakni Allah. Inilah kebebasan manusia, mengenal dan mencintai Tuhan.

Manusia yang Bebas menurut Baruch Spinoza    

Pertama, hidup menurut tuntunan akal budi. Spinoza mengatakan bahwa manusia yang bebas adalah manusia yang hidup menutut tuntunan akal budinya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline