Lihat ke Halaman Asli

Ivan Benedicto Constatijn

Keteknikan, Literatur

Penyesalan Seorang Sahabat

Diperbarui: 26 Desember 2018   22:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oh, sahabatku,
Mulutmu seperti tangan sang ibu,
Perkataanmu sehangat pelukan bunda.
Semanis gumpalan-gumpalan madu,
Kata-katamu pada telingaku melanda.

Wahai, kerabatku,
Dunia ini melontarkan penilaian mereka,
Kalimat-kalimat pedas padaku dilontarkan.
Dengan lekasnya mereka menerka,
Dengan segera kecaman dinyatakan.

Ah, teman baikku,
Padamu aku bergegas,
Ke pelukanmu aku menangis.
Seperti kapal pada daratan melandas,
Kucurahkan isi hatiku sampai habis.

Tapi lihat, teman,
Sang waktu membuka lembarannya,
Kebenaran secara perlahan terungkap.
Andai dulu pengetahuan ini kupunya,
Kebodohanmu tentu tidak kuharap.

Dengar, kawan,
Engkau menghalangiku dari kenyataan,
Karenamu aku tidak bertumbuh.
Engkau mengelus wajahku secara perlahan,
Butiran emas dekat telingaku terhapus.

Ya, sang waktu,
Ijinkan aku kembali ke lembaran yang lalu,
Atau melihat lembaran selanjutnya.
Aku ingin mencegah kehidupan penuh malu,
Ternyata kenyamanan sungguh berbahaya.

Aku menyesal, sobat,
Bila saja kau mendidikku dengan tegas,
Hidupku kini akan jauh lebih baik.
Bila saja jalan hidup kita tak berpapas,
Hidupku kini bagi masyarakat akan laik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline