Lihat ke Halaman Asli

Saya Ingin Bahagia: Etika Eudaimonia Aristotle

Diperbarui: 17 Juni 2023   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inphttps://umb-post.mercubuana.ac.id/pluginfile.php/78682/mod_resource/content/1/ETIKA%20HUKUM.pdfut sumber gambar

APA ITU KEBAHAGIAAN DALAM ETIKA EUDAIMONIA?

            Secara mendasar kebahagiaan adalah perasaan puas, tenang, dan senang yang bertahan lama dengan keberadaan kita. Setiap orang berusaha untuk bahagia setiap saat. Ketika kita merasakan kebahagiaan, kita berharap itu tidak akan pernah berakhir.  

            Keinginan dan tujuan akhir setiap orang dalam hidup adalah menjadi bahagia. Setiap tindakan yang mereka lakukan diarahkan untuk mencapai kebahagiaan. Banyak dari kita masih tidak memahaminya, sekalipun kesenangan sejati hanya dapat ditemukan di dalam diri sendiri atau di dalam pemikiran sendiri, kebanyakan orang mencarinya di lain tempat. Sebenarnya, uang, kekayaan, dan kebanggaan atau posisi seseorang hanyalah sarana untuk mencapai kebahagiaan.

            Setiap makhluk memiliki cara tersendiri untuk mencapai tujuannya. Setiap individu pula memiliki cara pandang yang unik. Sudut pandang yang banyak ini didukung oleh ide dan pengetahuan seseorang, sehingga menjadi jalan hidup bagi mereka. Selain itu, karena definisi kesenangan dan kesejahteraan setiap orang berbeda satu sama lain, begitu pula perbedaan cara pandang mereka terhadap konsep-konsep ini.

            Dalam pandangan ajaran Buddha, ketika seseorang dapat membersihkan kekotoran batin (kilesa) yang sekarang mereka miliki, mereka akan bahagia dan sehat.

            Ketika kita dengan tulus memperhatikan kesehatan dan kebahagiaan orang lain, hati kita terasa hangat, terbuka dan terhubung dengan orang lain, dan kita sendiri merasakan perasaan sejahtera yang sejati, menurut Sang Buddha, yang menyatakan bahwa ini adalah sumber terbesar dari kebenaran sejati.

            "Etika eudaimonia" mengacu pada teori atau pendekatan etika yang didasarkan pada konsep eudaimonia. Dalam konteks ini, eudaimonia dipandang sebagai tujuan akhir atau kebaikan tertinggi kehidupan manusia, dan keputusan serta tindakan etis dievaluasi berdasarkan kontribusinya untuk mencapai eudaimonia. Eudaimonia berasal dari kata eu, yang berarti bagus, baik, dan daimon, yang berarti roh, kekuatan batin.

            Istilah ini secara harfiah mengacu pada keadaan kebahagiaan yang disebabkan oleh perlindungan roh yang baik hati. Salah satu filsuf yang mempengaruhi Aristoteles mengenai konsep eudaiomonia adalah Socrates.

            Dalam etika eudaimonia, fokusnya adalah menjalani kehidupan yang berbudi luhur dan terpenuhi daripada sekadar mengejar kesenangan atau kebahagiaan subjektif. Konsep eudaimonia menekankan pengembangan kebajikan moral, penanaman keunggulan, dan realisasi potensi penuh seseorang sebagai manusia.

            Kebahagiaan yang didambakan dalam prinsip ini adalah menyebarkan energi kebaikan kepada orang lain melalui tindakan nyata untuk kepentingan bersama. Karena kebahagiaan eudaimonia adalah kebahagiaan yang sebenarnya, kebahagiaan ini tidak hilang atau kosong setelah sumbernya hilang dari pandangan atau perasaan.

            Teori etika yang mengacu pada konsep eudaimonia sering mementingkan kebajikan seperti kebijaksanaan, keberanian, keadilan, kesederhanaan, dan kasih sayang. Kebajikan ini dipandang sebagai bagian integral untuk mencapai eudaimonia dan membimbing individu dalam membuat pilihan etis yang mengarah pada kehidupan yang baik dan bermakna.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline