Lihat ke Halaman Asli

Nina Rahmawati

Educated Millennials

Analisis Kasus Kesehatan Mental di Masa Pandemi Covid-19 Menurut Perspektif Sigmund Freud

Diperbarui: 21 Desember 2021   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Latar Belakang

Pandemi Covid-19 telah membuat banyak orang, hampir dari semua kelompok umur di berbagai negara, terpaksa menjalani kebiasaan baru yang berpotensi meruntuhkan kesehatan mental. Ahli kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengisyaratkan adanya krisis kesehatan jiwa akibat pandemi. 

Pandemi bukan hanya berdampak secara sosial dan finansial tetapi juga secara mental. Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya. 

Tujuan kesehatan mental adalah mewujudkan manusia yang beradab, mampu menghadapi segala hambatan dalam hidupnya, sehingga dapat berjalan menurut tujuan manusia itu diciptakan secara normal.

Saat memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia yang lalu, WHO menilai bahwa peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia tahun ini memiliki makna khusus. Sebab, pandemi Covid-19 telah membuat banyak orang, hampir dari semua kelompok umur di berbagai negara, terpaksa menjalani kebiasaan baru yang berpotensi meruntuhkan kesehatan mental. 

Ditambah para keluarga korban Covid yang kehilangan anggota keluarga yang dicintai karena tidak bisa mengucapkan dan melihat untuk yang terakhir kalinya. (WHO, 2020). Bombardir berita mengenai Covid-19 menjadi sumber stress tersendiri menjadi pemicu tidak berfungsinya kesehatan mental dengan baik.

Kondisi mental masing-masing individu tidak dapat disamakan. Hal inilah yang membuat topik kesehatan mental bersifat penting untuk diteliti dan dibahas karena berhubungan dengan potensi individu itu sendiri, keluarga dan lingkungan, serta komunitas-komunitas yang ada. dan diharapkan kesehatan mental yang utuh dapat mengoptimalkan diri para pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka menjalankan perannya dalam kehidupannya sehari-hari. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik, keduanya memiliki keterlibatan satu sama lain, bilamana seseorang terganggu fisiknya maka ia dapat dimungkinkan terganggu mental atau psikisnya, begitupun hal sebaliknya.

Analisis Pembahasan

Sigmund Freud adalah seseorang yang lahir di Cekoslovakia pada 6 Mei 1856. Ia merupakan sosok manusia yang cerdas dan sering tidak puas dengan ajaran dan doktrin yang diterimanya sebelum diselidikinya sendiri, sehingga membuatnya berada hanya kurang lebih 4 tahun di Cekoslowakia untuk selanjutnya mengembara ke Wina, Austria, guna mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. 

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan taksadar (unconscious). 

Topografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati (awareness) dalam setiap event mental seperti berfikir dan berfantasi. Sampai dengan tahun 1920-an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur kesadaran itu. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni id, ego, dan superego.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline