Lihat ke Halaman Asli

Bayu Setiawan

Dosen Desain Komunikasi Visual di Universitas Pembangunan Nasional " Veteran" Jawa timur

"Marlina, Pembunuh dalam Empat Babak" Film Cantik nan Sakit

Diperbarui: 28 Juli 2022   12:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

poster film marlina (sumber imdb.com)

Cantik nan Sakit, adalah kalimat yang pas untuk menggambarkan film Marlina. Sutradara Mouly Surya telah meracik film dengan alur yang sangat sederhana dengan sangat manis. 

Film dengan durasi kurang dari satu setengah jam ini menceritakan tentang kisah Marlina dalam mencari keadilan. Diawali dari adegan dimana Marlina(Marsha Timothy) yang masih berkabung akan kematian suaminya didatangi tamu tak diundang . 

Perampokan dan pemerkosaan pun dialaminya , namun disinilah titik balik film yang menjadikan alur ini semakin "sakit". Marlina meracun dan memenggal para perampok dan pemerkosanya. 

Marlina pun tersenyum manis pada akhir adegan ini, sungguh sebuah senyuman "cantik" yang membuat bergidik. Selanjutnya diceritakan marlina membawa kepala perampok yang dipenggalnya menuju kantor polisi untuk mendapatkan keadilan atas kejahatan yang telah "dialaminya". Di momen "sakit" semakin banyak bertaburan menjadi bumbu yang menjadikan film ini semakin "cantik".

Feminisme, merupakan poin yang menjadi poin utama dalam film ini. Ketangguhan dan keteguhan hati wanita Sumba atas kehidupan yang keras dan tidak adil digambarkan dengan "cantik" dalam film ini. Marlina yang tengah mendapati musibah beruntun dengan begitu tegar berjalan demi mendapatkan keadilan.  

Namun dibalik keteguhan yang digambarkan dari sosok "cantik" Marlina, terdapat sisi lain dari Marlina, Marlina tampak menderita kelainan psikis skizofrenia dan  bipolar yang membuatnya menjadi sosok psikopat yang rela melakukan apa saja untuk menyelamatkan dirinya dari masalah yang dihadapinya. 

Begitu rapinya skenario yang dibuat oleh sang sutradara membuat "sakit" yang dimiliki Marlina menjadi bumbu pedas yang menjadikan alur cerita film ini menjadi semakin asik untuk ditonton.

Keindahan alam Sumba yang eksotis nan keras merupakan gambaran yang sama dengan wanita  wanita disana.  Dari tata musik dan visualisasi yang dibangun dalam film ini, membuat film ini memiliki kesan layaknya film western dengan Marlina sebagai koboi yang menunggang kuda di padang pasir yang ganas. 

Tentu ini adalah sebuat salah satu poin tambah yang memberikan nuansa baru di Per-film-an Indonesia yang masih jarang sekali mengangkat keindahan sisi Timur Indonesia. 

Eksotisme alam Sumba menjadi hal "cantik" sekaligus "sakit", karena selain mengangkat keindahannya, namun stereotip akan masyarakat Timur Indonesia yang keras dan brutal pun menjadi salah satu poin yang tidak lepas dalam film ini. Seakan pembunuhan dan perampokan merupakan hal yang sangat lazim terjadi disana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline