Lihat ke Halaman Asli

Tandu Landu

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tandu Landu

oleh : Bayu A. Nugroho

pungut lagi, pungut lagi, pungut lagi, pungut lagi

kreseknya sesak dengan sampah-sampah
kumpulan tinta juga kayu atau kapas yang mengering
bagi mereka yang mesti dikenyangkan adalah perut
bagi mereka yang mesti dikosongkan adalah pikiran
bagi mereka yang mesti dibenahi adalah hati
bagi mereka yang mesti dipuaskan adalah syahwat
bagi mereka terserah saja berkata dan berbuat apa
karena baginya lebih baik memunggut sampah
hemat, karena siapa juga rela mati demi limbah
atau rebutan serapah atas kumpulan bakteri melimpah
pun rindangnya para murid tumbuhnya ke atas menjulang
sementara guru yang katanya kumpulan akar
sebagian tersohor, sebagian memilih semakin tenggelam ke dasar
atau menjadi pupuk saja yang menghilang usai memberi kehidupan
kepada akar, batang, ranting, dedaunan, dan buah-buahan
yang akan membusuk kembali jadi pupuk
akhirnya...

pungut lagi, pungut lagi, pungut lagi, pungut lagi

untuk seorang guru dari guru bangsa, Madinah 2013




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline