Lihat ke Halaman Asli

Baskoro Endrawan

TERVERIFIKASI

Keterangan apa ?

Ramadhan, Mari Kita Lihat Mana yang Tidak Toleran

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kalau ditanya secara pasti mana yang lebih penting antara agama dan negara, entah kenapa hati lebih condong berkata dengan ragu : agama ?

Ragu, karena semakin hari tampaknya barang bernama 'keyakinan' ini semakin hendak dibuat kabur arti dan maknanya bagi mereka yang 'hardcore fundamentalist' dan juga yang menyatakan pendapat bahwa semua hanya sebab akibat tanpa ada keterkaitan 'unsur lain' seperti halnya keyakinan.

Bulan Suci seperti Ramadhan, adalah waktu yang baik untuk menepis keraguan tentang keyakinan ini dan "konon" kembali kepada fitrah-Nya. Minimal, bagi seorang pemeluk agama Islam yang masih dengan tedeng aling aling ala ala tomat alias tobat kumat seperti penulis sendiri. Suasana khusyuk Ramadhan. Kembali mencari arti bukan sekedar menahan lapar dan haus. Makna apa yang didapat (Insya Allah) di Ramadhan depan ini ?

Sayang beribu sayang. Situasi suhu politik di Indonesia yang panas dan penuh sampah kali ini bakal sedikit bersinggungan dengan bulan suci Ramadhan. Memang benar benar istimewa Pilpres 2014 ini. Sesuatu yang betul betul membuat bertanya tanya didalam hati, sebegitu mudahnya sebuah bangsa "dipecah" hanya karena ambisi beberapa orang yang nyalon Presiden beserta kroni kroninya , yang bahkan sering adu debat dengan sengit dan melupakan arti kata demokrasi yang sebenarnya.

Lebih jauh lagi, melupakan arti kata  persaudaraan.  Berharap dengan sedikit muak bahwa semua ini akan segera mereda.

Maaf, untuk sekali ini saya harus gamblang mengatakan secara pribadi tidak peduli bagi mereka yang kebetulan tidak 'hendak' memasuki bulan penuh berkah dan uiian bernama Ramadhan. Kali ini harus egois bahwa saya peduli bagi mereka yang ingin benar benar merasakan Ramadhan secara khusyuk. Bagi mereka yang tidak, suhu politik abal abal ini mungkin masih akan menarik untuk menjadi perang . Dan akan membawa nafas panas ini tetap dan terus melalui jalan apa saja, termasuk media sosial.

Berharap, pada masing masing pribadi. Baik yang mendukung, tidak dan bahkan memilih mlipir secara golput karena bisa melihat bahwa semua ini sekedar permainan saja. Bagi mereka yang kebetulan 'pecah' akan politis ini untuk bisa melihat suatu yang lebih penting :Ramadhan. Bukan tentang seorang kerempeng, si galak jomblo, ibu ibu yang nyinyirnya gak keruan  atau seorang ( bahkan lebih)  bapak yang latah masih mau ikut ikutan.

Ramadhan.

Sarungkan golok masing masing. Bukan sementara, karena 'sekedar' menghormati Ramadhan saja dan setelah lewat kembali bersiteru, namun semoga Ramadhan memang sanggup kembali mengingatkan kita semua : Bahwa manusia yang konon terlahir sempurna ini memang diberi beribu macam keterbatasan. Bahwa tak ada nama sebuah perjuangan tanpa godaan. Dan jalan menuju kebaikan harus disertai dengan usaha dan juga mutlak ridho-Nya.

Ada sesuatu yang lebih penting, ketimbang 'cuma' sekedar Pilpres saja. Tak akan bergantung pada seorang Presiden atauWakilnya saja. Bukankah selama ini kita sudah banyak belajar secara pahit tentang hal ini?

Jangan sampai sebuah permainan politik bernama Pemilihan Presiden mengotori niat untuk mengucap salam secara serempak. Merenggangkan barisan shaf. Enggan bersalaman karena ternyata masing masing mempunyai 'jago' yang berbeda.

Konyol itu namanya. Terlebih di datangnya bulan suci seperti Ramadhan sendiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline