Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Aliem

ASN di Badan Pusat Statistik.

"Big Data" di Pusaran Politik

Diperbarui: 3 Mei 2018   16:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: techtrendske.co.ke

Lembaga analisis data Cambridge Analytica (CA) dituding telah mencuri dan memanipulasi data sekitar 87 juta pengguna media sosial facebook. Data itu digunakan untuk memengaruhi pemilih pada pemilihan presiden di Amerika Serikat. 

Belakangan, skandal pencurian data diketahui tidak hanya terjadi di AS, tapi jutaan pengguna facebook di Indonesia juga ditengarai menjadi korban. 

Mark Zuckerberg, pendiri media sosial terpopuler sejagat itu akhirnya mengakui terjadinya pencurian data dan meminta maaf melalui akun facebook pribadinya. Tak hanya sampai di situ, Mark juga meminta maaf lewat satu halaman koran di beberapa media besar, antara lain New York Times, Wall Street Journal, dan Washington Post , dikutip dari Kompas.Com  (28/3/2018).

Ternyata pemilik media sosial ini juga masih membutuhkan surat kabar cetak di era digital seperti sekarang ini. Hal tersebut dilakukan karena anjloknya saham facebook. Di beberapa negara juga diserukan penghapusan aplikasi itu. 

Bukan tidak mungkin, masalah ini dapat menyebabkan facebook terkubur oleh para penggunanya sendiri. Padahal perusahaan raksasa yang bergerak di aplikasi media sosial itu sementara digilai oleh milyaran penduduk bumi. Kira-kira, apa jadinya internet tanpa aplikasi facebook?

Kegemaran para pengguna media sosial mengunggah berbagai informasi di dunia maya memang berdampak positif dan negatif. Di satu sisi, dapat menjadi sarana jual-beli bisnis e-commerce yang sangat efektif, namun di sisi lain, privasi pengguna media sosial hampir tidak ada lagi. Semua informasi mengenai tanggal lahir, pekerjaan, kegemaran, makanan kesukaan, pandangan politik dan lain sebagainya sudah terpampang secara bebas dan bisa diakses banyak orang.

Kecenderungan psikologis pengguna media sosial bisa tercermin dari kiriman berupa kalimat, foto, dan kiriman lainnya di laman pribadinya. Semua kiriman yang diunggah itu akan membentuk miliaran data yang dikenal dengan istilah Big Data. 

Kumpulan data ini bisa dianalisis oleh mereka yang memiliki keahlian dalam bidang analisis data. Jika disalahgunakan, data itu bisa digunakan untuk hal negatif. Contohnya saja kejadian yang menimpa 87 juta pengguna facebook di AS.

Banyaknya pengguna internet memungkinkan terciptanya sekumpulan data dari milyaran orang di dunia. Indonesia termasuk salah satu negara dengan pengguna internet tertinggi. Sebagai gambaran, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat pengguna internet di Indonesia sebanyak 143,26 juta jiwa pada 2017. 

Di sisi ekonomi, Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat pertumbuhan tertinggi dari sisi produksi dicapai oleh lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 9,81 persen pada 2017. Ini menunjukkkan geliat ekonomi di bidang informasi dan komunikasi yang salah satunya adalah penjualan paket data internet di dalamnya.

Kebutuhan kuota data internet juga  melonjak seiring tingginya pengguna internet di tanah air, khususnya yang mengakses media sosial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline