Lihat ke Halaman Asli

Very Barus

Writer, Traveler, Photographer, Videographer, Animal Lover

Antara Traveling, Gadget, dan Sosmed

Diperbarui: 8 Februari 2020   08:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Gue pernah satu hotel dengan beberapa bule Eropa saat liburan di Bali. Waktu itu gue dan teman-teman hendak berenang di swimming pool milik hotel. Disana sudah banyak bule-bule berjemur sambil chit chat dengan teman-temannya. Sebagian berjemur sambal membaca dan dengan musik pakai earphone. Di meja mereka terhidang aneka breakfast plus minuman. Tidak satu pun diantara mereka yang tampak sibuk dengan gadget-nya.

Berbeda dengan turis lokal yang ada disebelah mereka. Ada 4 orang cewek cantik berbikini. Mereka tampak begitu heboh dengan gadget mereka. Foto sana-foto sini dengan latar belakang kolam renang dan juga suasana hotel. Hampir setiap momen yang mereka lakukan saat itu tidak luput dari kamera hape juga kamera mirrorless yang mereka bawa. 

Makanan yang terhidang di meja mereka pun tidak ketinggalan menjadi "objek penderita". Gue yakin, dalam hitungan menit (bahkan detik), foto-foto tersebut sudah tersebar ke seluruh jaringan social media milik mereka. Ya, tidak ketinggalan caption dan lokasi dimana mereka berada saat itu. Itu hal yang wajib dilakukan saat liburan. Apalagi kalau nginap di hotel bintang lima. Kesannya supaya pamer keberadaan mereka tentunya.

Kalau liburan anda mengikuti gaya yang mana? Gaya si bule atau si lokal? Ngaku saja deh, turis lokal kalau traveling atau liburan, masih tidak pernah bisa jauh dari gadget mereka. Setiap langkah pasti selfie dan wefie dengan gaya yang mungkin begitu begitu saja, hanya lokasi yang berbeda, lalu di  share ke social media dan berharap langsung mendapat like dan komen dari follower. 

Ya, kebanyakan pengguna sosmed fakir like dan komen. Segala sesuatu yang di posting mengharapan like dan komen sebanyak-banyaknya. Sepertinya ada kepuasan tersendiri ketika lihat simbol love dan komen bejibun disetiap postingannya.  

Dokpri

Dulu, gue juga demikian. Rasanya ada kebanggaan kalau bisa langsung share kegiatan liburan saat itu juga. Tapi, lama-lama gue mikir kok kesannya malah norak ya? Kayak baru pertama kali Liburan saja.

Memang, kalau traveling wajib bagi kita membawa "senjata" kamera untuk bisa mengabadikan momen liburan. Bawa kamera, hape ber memory card giga tinggi. Ya, tujuan traveling selain untuk menikmati momen, juga untuk mengabadikan momen, bukan?. Tapi jangan sampai lebih kebanyakan mengabadikan momen, sehingga kamu lupa menikmati momennya.

Akhirnya, gue mulai bisa nge-rem, untuk memposting momen yang gue abadikan pada saat itu juga. Bagi gue mengabadikan momen itu perlu tapi nge-share  tidak perlu harus terburu-buru pada saat itu juga. Kecuali kamu di endorse dan diwajibkan nge share momen every minutes.

Dokpri

Memang sih, ada momen yang tidak bisa datang dua kali. Ada momen yang benar-benar unpredictable dan perlu diabadikan pada saat itu juga. Jika tidak, momen tersebut akan hilang. Misal, momen melihat pelangi. Belum tentu dalam hitungan menit pelangi tersebut masih ada di dekat kita. Momen sunset/sunrise dan juga momen-momen yang tidak biasa. Nah, itu mungin masih bisa dijadikan pengecualian. Juga momen atau acara-acara sakral yang kebetulan kita sedang menyaksikannya.

Tapi, kalau momen, mau berenang, mau makan, mau beli baju, beli sesuatu atau momen-momen "receh" lainnya yang juga masih diabadikan. Kesannya kok too much ya? Kayak nggak pernah liburan sehingga harus di share ke khalayan followers. Kalau setiap momen kamu mengabadikan? Kapan kamu bisa menikmati momennya? Karena tangan dan mata kamu selalu sibuk dengan hape atau kamera kamu?

Kapan ngobrol dengan partner? Kapan bisa benar-benar menikmati keajaiban yang Tuhan berikan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline