Lihat ke Halaman Asli

Dampak Penuruan BI rate Bagi Perbankan Syariah

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia telah menetapkan penurunan suku bunga  acuan (BI rate) manjadi 6,5%. Langkah ini diambil untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan mempertimbangkan kemungkinan laju inflasi yang tetap terjaga di bawah 5%.

Bank Indonesia juga telah mempertimbangkan dampak penurunan BI rate terhadap kemungkinan capital outflow di tengah situasi global yang tidak menentu. Langkah ini diambil untuk memitigasi dampak penurunan kinerja ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja keuangan Indonesia.

Di sisi lain, penurunan BI rate ini diharapkan semakin bisa menjadi stimulus di sektor riil untuk dapat tumbuh, sehingga berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi nasional. Bagi para pengusaha, penurunan suku bunga kredit ini tentunya sangat ditunggu-tunggu untuk kembali menggerakkan roda bisnisnya.  Saat ini para pengusaha mendesak pihak perbankan untuk segera menyesuaikan tingkat suku bunga kreditnya.

Perbankan Syariah
Sebagai bagian dari perbankan nasional, perbankan syariah juga dituntut untuk dapat menyalurkan pembiayaan dengan harga yang wajar. Saat ini tariff pembiayaan di bank syariah dirasakan masih cukup tinggi bila dibandingkan suku bunga kredit bank konvensional. Lebih tingginya pricing di bank syariah ini tidak terlepas dari uniknya operasional di perbankan syariah.

Dari sisi pembiayaan, BI rate rendah akan memicu penurunan tingkat suku bunga, sehingga margin bank syariah akan semakin kompetitif. Namun demikian, penetapan pricing di bank syariah juga didasarkan pada analisis berbagai faktor risiko, yang agak berbeda dengan bank konvensional. Penyaluran pembiayaan bank syariah akan selalu berdasarkan analisis terhadap risiko yang akan muncul.

Saat ini produk-produk pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dapat kita kelompokkan kepada dua jenis. Pertama, pembiayaan yang akan memberikan kepastian pembayaran bagi bank syariah, baik dari segi jumlah maupun waktunya.

Kedua, pembiayaan yang tidak memberikan kepastian pendapatan bagi bank syariah, dari segi jumlah maupun waktunya. Tingkat pendapatannya bisa positif, nol, atau bahkan negatif. Mengingat karakteristik kedua kelompok akad tersebut berbeda, maka analisis risiko pembiayaan terhadap kedua kelompok tersebut juga berbeda.

Dalam analisis risiko pembiayaan yang memberikan kepastian dalam pembayaran, bank syariah harus dapat mengidentifikasikan dan menganalisis dampak dari seluruh risiko nasabah. Pembiayaan yang berbasis ini umumnya mempunyai komposisi paling besar, misalnya pembiayaan dengan basis jual beli, sewa, dan istishna.

Pembiayaan dengan prinsip jual beli dicirikan dengan adanya penyerahan barang di awal akad dan pembayaran kemudian, baik dalam bentuk angsuran atau maupun dalam bentuk sekaligus. Dalam pembiayaan ini bank akan menetapkan harga jual di awal perjanjian sebagai maksimum pembiayaan dan jadwal angsurannya yang tidak berubah sampai dengan jatuh tempo.

Meskipun terjadi fluktuasi suku bunga di pasar, dengan pembiayaan murabahah, angsurannya tidak berubah sampai pembiayaan lunas. Dengan demikian nasabah akan lebih mudah dalam mengatur cash flow-nya, karena adanya kepastian dalam angsuran setiap bulan. Berbeda dengan bank konvensional yang suku bunganya dapat ditinjau ulang setiap saat.

Dalam kondisi BI rate yang tinggi, bank syariah tidak diperkenankan menaikkan tarif pembiayaan murabahah yang sudah berjalan, karena maksimum pembiayaan sudah disepakati di awal akad. Pada kondisi ini bank syariah dihadapkan pada risiko tidak bersaingnya bagi hasil kepada dana pihak ketiga. Risiko ini biasanya juga muncul karena naiknya expected competitive return dari para nasabah dana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline