Sudah dua pekan penulis menderita sakit mata, rasanya sangat mengganggu dan menyiksa banget. Rasanya pingin makan sate kambing sendirian he he he. Buat penulis kena sakit mata rasanya seperti kehilangan belahan jiwa, banyak ide-ide menulis yang akhirnya mengendap, sehingga dari lebaran sampai hari ini irit nulis karena gangguan mata.
Disaat yang lain menikmati libur lebaran dengan berbagai gaya dan aksi, penulis hanya rebahan sambil menyeka air mata karena selalu menetes air matanya. Alhasil yang didapat berat badan makin meningkat karena terlalu santuy rebahan.
Berbagai pengobatan dari yang tradisional sampai medis sudah dilakukan. Di rambang pakai air daun sirih, obat tetes di apotik sampai periksa ke dokter belum banyak membantu alias masih naik turun kondisinya. Sewaktu-waktu sembuh sewaktu-waktu kambuh, jadi bingung. Untung ada tetangga yang menyarankan pengobatan tetes menggunakan tetes air batang kedondong hutan. Namanya pingin sembuh, apa saja dijabanin.
Sore hari mencoba menebang satu batang kedondong di belakang rumah yang kebetulan jadi pagar pembatas. Daunnya dibuang terus diruncingkan untuk jalannya air, perlahan airnya menetes dan diteteskan di mata. Rasanya adem tapi agak perih dan lengket namun reaksinya sangat cepat. Mata bisa melek dan melihat dengan baik, tidak lamat-lamat dan belekan.
pohon kedondong hutan yang banyak manfaat. Dok. Wikipedia
Ternyata kedondong hutan selain sebagai pagar pelindung punya manfaat lain untuk kesehatan. Dari daunnya bisa untuk mengobati panas dalam dan diabetes. Masyarakat Bali khususnya di Panglipuran mengolah daun kedondong hutan menjadi minuman kesehatan namanya Cemceman. Cemceman bermanfaat untuk mengobati panas dalam dan diabetes. Sedangkan di Brebes masyarakat memanfaatkan air yang berada didalam batang untuk mengobati sakit mata. Selamat mencoba semoga bermanfaat.(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng|)
Baca Juga: Segarnya Kedondong Perlu Diviralkan