Ting... Ting... Ting.. Bunyi mangkok yang dibunyikan pakai sendok menandaikan tulang cuing atau cingcau datang. Lelaki paruh baya dengan keranjang cingcaunya hadir membswa kesegaran. Cingcau hijau dengan es gosrok langsung diserbu anak-anak.
Cingcau dengan gula merah kental, sedikit irisan nangka dan daun pandan rasa dan aroma khas. Man Arifin (55) biasa pelanggan menyebutnya, sudah menjadi langganannya. Setiap nongkrong dimana pasti dikerubutin orang-orang.
Cingcau Man Arifin dibuat sendiri dari Daun Cuing bukan beli dipasaran maka warnanya hijau, kalau beli warnanya hitam. Bentuknya seperti agar-agar tapi tidak begitu keras, tapi tidak begitu lembek. Prosesnya hampir seperti agar-agar tergantung bahan dan air, rasanya tawar. Tetapi menjadi adem dan segar ketika ditambah gula merah kental dan irisan nangka.
Setiap hari Man Arifin berangkat dari rumahnya menggunakan sepeda dengan membawa keranjang kiri kanan. Sesampai di tempat tujuan, sepedanya dititipkan dan berkeliling jalan kaki menggunakan pikulan. Puluhan tahun sudah menjadi langganan anak-anak melayani dengan ramah.
Ting..... Ting..... Ting.....
Cuing.... Cuing.... Cuing....
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng)