Sekelebat Cerpen | Pada Awalnya Bejo (9)
Terjadi perbincangan mendalam di tepian sumber air Umbulan, Winongan. Waktunya sore hari setelah nyekar ziarah dari Makam Semendi. Perbincangan antara kakak dan adik, Sugeng dan Bagiyo. Dua pemuda anak dari Pak Slamet dan almarhumah Ibu Wilujeng.
" Kasihan bapak ya dik", kata Sugeng kepada adiknya, Bagiyo.
Bagiyo sedikit kaget mendengar kakaknya membicarakan tentang bapaknya. Karena selama ini Sugeng tak pernah membicarakan tentang bapaknya. Sugeng orangnya cuek, namun sangat patuh pabila disuruh bapaknya.
"Iya kak", balas Bagiyo singkat.
"Sejak ditinggal ibu, bapak seperti jarang tidur. Bertani, beternak, dan berdagang menggantikan ibu, semua dijalani dengan gigih. Sementara malamnya, bapak menghabiskan waktunya di masjid hingga selesai subuh", lanjut Sugeng mengutarakan tentang pekerjaan sehari-hari bapaknya yang tanpa merasa lelah bekerja dan beribadah.
"Iya kak, semua yang bapak lakukan demi kita. Tak pernah mengeluh. Bapak memberi contoh dengan berbuat," kata-kata balasan Bagiyo mengomentari tentang rasa kasihan kakaknya kepada bapaknya.
Sugeng agak terhenyak kaget mendengar tanggapan dari adiknya. Lalu terlintas dalam pikiran Sugeng tentang kakak sulungnya, Bejo yang sedang rajin membantu bapaknya berdagang di Pasar Karangketug, dan tak jarang ikut bersama bapaknya semalaman suntuk beritikaf di masjid hingga selesai subuh.
Perbincangan singkat namun mendalam yang mengandung pesan tentang sosok orang tua yang meninggalkan atau mewariskan sejarah yang baik bagi anak-anaknya, yaitu tanggungjawab dan keteladanan.