Lihat ke Halaman Asli

Bambang Syairudin

Bams sedang berikhtiar untuk menayangkan SATU per SATU PUISI dari SEMBILAN rincian PUISI tentang ADA. Semoga bermanfaat. 🙏🙏

Monolog 3: Kesunyian

Diperbarui: 28 Mei 2021   19:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ilustrasi merupakan dokumen karya pribadi (Karya Bambang Syairudin)

Monolog 3: Kesunyian

Anakku, jika suatu saat kesunyian menghampirimu, janganlah lekas-lekas engkau menghindarinya. Ingatlah sesungguhnya engkau sedang diperkenalkan dengan keabadian. Ada baiknya engkau mencari suatu bukti untuk itu. Tapi, sebelumnya engkau harus tahu apa hakekat suatu bukti.
Filasafia Marsya Ma'rifat, anakku, janganlah engkau mencari bukti pada fakta. Karena fakta adalah bagian dari realitas yang selalu berubah. Oleh karena itu, anakku, carilah bukti melalui kejujuran keyakinanmu. 

Mencari bukti pada tempat di luar dirimu hanyalah akan menemukan kesia-siaan belaka, dan keraguan. Hakekat keraguan itulah gelombang, yakni suatu garis yang tak benar-benar lurus. Janganlah engkau mempergunakan suatu alat yang pada alat itu sendiri masih harus engkau buktikan. Filasafia Marsya Ma'rifat, anakku, sekali lagi janganlah engkau mempergunakan suatu alat pencari bukti dimana bukti itu sendiri akan semakin menjauh. Carilah suatu alat pencari bukti, dimana bukti pasti mendekatinya. Dalam kesunyian seluruh semesta bukti akan hadir membuktikan dirinya sendiri, akan bersaksi tentang dirinya.

Mengapa engkau musti merasa sedih ketika kesunyian menghampirimu ? Karena engkau sedang menggunakan kesadaranmu untuk berpisah dengan keramaian. Karena pada realitas keramaian engkau merasa bisa menyembunyikan dirimu.

Jika di tengah kesunyian engkau tiba-tiba menjadi larut, anakku. Segeralah tangkap apa itu hakekat jarak, segeralah tangkap apa itu hakekat waktu. Betulkah keabadian, betulkah suwung? 

Dapatkah engkau mengukur betapa luasnya suwung, dan dapatkah engkau mengukur berapa lamanya keabadian ? Janganlah sampai engkau keliru anakku, tentang hakekat lingkaran, karena hakekat lingkaran adalah kebingungan dan keraguan. Sejarah, era, mode, dan segala sesuatu yang dikatakan universal itu, hakekatnya adalah lingkaran. 

Dan janganlah engkau rancukan pengertian awal tanpa akhir itu dengan lingkaran.
Anakku, Filasafia Marsya Ma'rifat,  kesunyian yang hendak engkau coba hindari itu sudah ada dalam perjumpaanmu dengan dirimu. Dan kesadaranmulah yang menyebabkan engkau seolah-olah telah berhasil menghindari kesunyian. Realitas kesadaranmulah yang menyebabkan engkau merasa seolah-olah sedang hidup. Dan menjadikanmu takut sunyi, takut mati. Padahal perlu engkau ketahui dahulu apa hakekat mati, apa hakekat takut; dan apa hakekat takut mati itu. Renungkanlah itu semua, anakku.

Ketika suatu kesunyian masih senantiasa engkau hindari, sesungguhnya engkau sedang menghindari hakekat dirimu sendiri, hakekat perjumpaanmu, anakku.
Suatu realitas tidak bisa engkau paksakan sesuai kehendakmu, sebagaimana aku dan ibumu akan menjadi tua. Demikian pula, engkau, akan beranjak dewasa, berkeluarga, beranak, dan menjadi tua seperti aku dan ibumu. Siklus kehidupanmu sama dengan siklus kesadaranmu, anakku. Kesadaran indra dan indra kesadaran manusia akan semakin menuju suatu titik hilang atau titik musnah. Itu semua menunjukkan bahwa betapa lemahnya daya kesadaran itu. Jadi jangan biarkan kesadaranmu menipu dirimu sendiri.

Filasafia Marsya Ma'rifat, anakku, ketika engkau masih kanak-kanak dahulu, aku dan ibumu senantiasa ingin melihat engkau dalam keadaan riang. Dan kami jauhkan engkau dari rasa sunyi.Tapi apakah aku dan ibumu berhasil ? Tidak, anakku,....karena kesunyian itu adalah hakekat kita semua, hakekat akuarium kita, dimana kita adalah ikan-ikannya.

Anakku, dalam kesunyian dapatlah engkau temukan hakekat kejujuranmu, dan hakekat keyakinanmu dan kebenaran absolut dirimu.
Anakku, siasatilah realitas kehidupanmu dan realitas kesadaranmu dengan hakekat
kesunyianmu itu. Asuhlah anak-anakmu kelak dengan baik; dampingilah suamimu dengan setia.
Kelak anak-anakmu akan dewasa, dan suamimu serta engkau sendiri akan semakin renta.
Hadapilah problema hidupmu dengan hakekat kesunyianmu itu; dan bantulah problema anak-anakmu, serta suamimu; dengan memperkenalkan hakekat kesunyian mereka.
Pergunakanlah kesadaran dirimu dalam kerangka hakekat kesunyianmu. Ajarilah anak-anakmu untuk mengenal dirinya sendiri, mengenal hakekat dirinya, kemudian mengenalkan hakekat kesunyian dirinya. Pasti kejujuran akan memancar dalam rumah tanggamu, anakku. Karena hakekat kejujuran adalah hakekat kesunyian yang menampakkan diri, yang bersaksi sendiri.
Itulah hakekat kesunyian, anakku. Sebagaimana engkau sendiri telah mengalaminya tanpa engkau bisa menyadarinya, yakni ketika engkau 9 bulan lebih 10 hari berada dalam alam mikro kesunyian rahim ibumu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline