Lihat ke Halaman Asli

Bambang Subroto

Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Kegemparan

Diperbarui: 22 Juni 2021   20:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apakah viral itu sama dengan menggempar ? Sepertinya mirip. Tak ada isu yang tidak bisa digoreng, apalagi jika berniat membuat ujaran kebencian  menjadi viral

Viral itu rindu menggelegar. Tentu harus dipilah dipilih, mana bahan baku yang bisa dipretheli, diseleksi hanya yang paling menarik sesuai momentumnya.

Kasus yang diviralkan, memang dibuat tidak utuh. Antara pikiran, kehendak, dan nafsu dibuat tidak padu. Sebisa mungkin, pikiran diistirahatkan. Dengan demikian, kehendak dan nafsu lebih dominan.  Manusia dikondisikan tidak menjadi makhluk berpikir lagi.

Informasi dijadikan alat untuk menggiring opini sesuai kehendak atau framing. Kemudian muncullah perang framing. Kalau tidak menyangat-nyangatkan, ya mengabaikannya.

Sifat jawara berganti wajah. Siapa yang berhasil menjadi pemenang dalam perang opini, merekalah yang menyandang julukan sebagai opinion leaders. Mereka menjadi koki masakan sesuai selera pemesannya. Bahan bakunya biasa saja, tetapi nilai kegentingannya lebih menentukan.

Kegemparan bisa dilakukan dengan berbagai cara. Selama mampu membuat situasi menjadi lebih dramatis, sensasional, dan spektakuler, maka tingkat kegemparannya akan menjadi lebih tinggi. Dan suasana pun berubah menjadi haru biru, yang gampang memicu huru hara.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline