Lihat ke Halaman Asli

Bambang Suwarno

Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Cerpen | Malaikat dan Asmara Hitamnya

Diperbarui: 23 September 2019   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malaikat itu telah mencabik cintaku. Malaikat itu telah merenggut kekasihku. Bahkan dia telah membajak tunanganku sendiri. Hatiku sakit sekali, itu pasti. Terluka, berdarah dan tersayat-sayat, itu niscaya. Tapi akhirnya aku ikhlas menerimanya. Aku terpaksa merelakan kekejian cintanya itu meremuk-redamku. Dan akibatnya, semua kerabat dan temanku telah mencapku sebagai orang  yang paling dungu di muka bumi ini.

"Mestinya kamu tak sebodoh itu!" ujar Mia.

"Harusnya ente tak selemah itu!" tukas Farah.

"Mestinya eloe marah besar, dan mempertahankan mati-matian milik eloe!" kata Mpok Anie.

"Kedunguanmu itu memang membahagiakannya. Tapi akibatnya, telah menikam jiwaku sendiri...." komentar Fadlie.

Juga masih banyak lagi pendapat senada itu dari berbagai pihak yang terarah padaku. Pendeknya tak ada satu pun yang memahamiku. Apalagi yang mendukung sikapku. Untung aku punya Tuhan yang sangat mengasihiku. Hanya Dia yang sangat mengertiku. Sangat peduli akan pergumulan jiwaku. Sekaligus Dialah yang membuatku tetap tegak di tengah badai hidup yang menerjang. Dia selalu memberi solusi terindah tepat pada waktunya.

Agar anda tidak bingung, baiklah kujelaskan duduk persoalannya. Yang kusebut malaikat adalah Tante Astiku sendiri. Dia adalah adik kandung termuda dari ibuku yang sudah almarhum. Kusebut malaikatku, karena dialah yang menghidupiku selama ini. Yang membiayai semua studiku dari SMP sampai aku menyandang gelar Sarjana Hukum. Tanpa kasih dan kemurahan hatinya, mungkin aku masih menjadi seorang gadis yatim piatu malang yang belum jelas arah hidupnya. Jadi tak berlebihanlah jika aku menganggapnya sebagai malaikat penolongku.

Sesungguhnya Tante Asti sudah berumur 40 tahun. Namun karena cantik dan menawan, penampilannya masih seperti gadis berumur tiga puluhan tahun. Ditambah beliau seorang wanita cerdas yang karirnya sedang menanjak di sebuah perusahaan BUMN. Dan yang paling membahagiakanku, janda molek tanpa anak itu, sudah menganggapku sebagai putri kandungnya sendiri.

Sayangnya, malaikatku yang berhati mulia itu, secara tak terduga sama sekali, tiba-tiba memohonku untuk memberikan Donny kepadanya. Padahal pria ganteng itu sudah tiga tahun ini menjadi kekasihku. Bahkan baru sebulan yang lalu dia jadi tunanganku. Yang rencananya awal tahun depan, kami akan menikah.

Ketika Tante Asti menyatakan permintaannya, awalnya duniaku bagai runtuh berpuing-puing. Keterkejutanku, marahku dan benciku seketika mencengkeram menjajah jiwa ragaku. Meraibkan semua rasa hormatku, kekagumanku dan banggaku terhadap beliau. Wajah anggun kemalaikatannya, mendadak berubah menjadi seperti peri yang menjijikkan.

Tetapi, terus terang aku tak kuasa untuk menolak permintaannya. Apalagi Donny sendiri sudah mengakui tentang perselingkuhannya dengan tanteku. Saat memohon maaf kepadaku, ia sampai bersujud menyentuhkan mukanya ke ujung kakiku. Maka, untuk meredam keluluh-lantakan hatiku, seminggu lamanya aku menyepi kerumah Eyang Putriku di dusun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline