Pemikiran Hermeneutika Wolf
Pemikiran Hermeneutika Wolf ini saya pakai sebagai bahan kuliah Auditing Lanjutan, untuk kelas Pascasarjana pada Universitas Mercu Buana Jakarta, sebagai bentuk untuk melakukan pentahapan proses audit untuk informasi umum memahami bisnis klien, memahami COSO, dan kemungkinan bukti audit.
Trans-subsatansi dengan pendekatan (2W, dan 1 H atau what, why, dan how) pada tiga level hermeneutika menurut Wolf yakni (1) interpretatio gramatica, (2) histrorica, (3) philosophica. Dengan meminjam theoria Wolf maka teks laporan dengan asumsi dasar (a) Akuntansi adalah aktivitas menulis dimulai dari isi pikiran ke Tulisan, sedangkan (b) Auditing adalah proses kegiatan dialectic (tesis, antitesis, sintesis) pada isi tulisan klien dengan memahami kembali seluruh interpretatio gramatica, histrorica, philosophica pada makna konteks, text, dan menulis isi penilaian dalam bentuk opini (auditor melakukan proses membaca dan menulis) atau auditing terputus dari teks bersifat otonom.
Akhirnya saya dapat menyimpulkan dengan menggunakan pemikiran Wolf dapat dilakukan Trans-figurasi ilmu Auditing dengan metode (Verstehen und erkleren) untuk memahami identitas dan fakta klien.
Friedrich August Wolf lahir Feb. 15, 1759, Haynrode, Jerman, dan meninggal 8 Agustus 1824, di Francis. Friedrich August Wolf tahun 1777 belajar theology, dan filologi di University of Gttingen, kemudian diangkat 1783-1806 diangkat menjadi guru besar di University of Halle. Wolf adalah pendiri filologi modern dengan mahakaya Prolegomena ad Homerum (1795) atau pertanyaan Karya Homerus modern. Pemikiran Wolf adalah anak zaman yang melanjutkan ketekunan pemikiran pendahulunya seperti Goethe, Wieland, Schiller.
Bagi Wolf hermeneutika adalaah menangkap isi pikiran penulis atau sekaligus sebagai pengarang (berpartisipasi). Interprestasi adalah dialog dengan pengarang (penulis). Bentuk lain hermeneutika adalah komunikasi (semacam bentuk I and Thou, karya Martin Bubber) untuk memahami gagasan pengarang (penulis), memiliki kepekaan (I and Thou) agar mampu menjelaskan dengan baik pada orang lain.
Tanpa bakat I and Thou, maka pemahaman akan sulit diwujudkan. Kemampuan adaptasi (seperti dalam Darwinisme Sosial, atau AGIL teori T Parsons') pada mind dan suasana batin dengan melebur pada hal asing atau berbeda. Artinya hermeneutika memerlukan kemampuan bakat alami meleburkan diri dengan yang lain.
Wolf percaya pentingnya (Verstehen und erkleren) atau pemahaman, dan eksplanasi. Harus dapat membedakan diantara keduanya (Verstehen und erkleren). Erkleren (eksplanasi), fakta empirik, sisi luar proses objektif, fakta fisik, analisis, kausal, Verstehen (understanding atau memahami), ada pada sisi dalam, fakta mental, berpartisipasi dalam komunitas, dan life expression.
Makna ditangkap secara langsung dalam pemahaman (Verstehen). Maka langkah selajuntnya adalah memberikan makna secara eksplanasi lisan atau tulisan. Makna secara lisan dan tulisan ini harus berdasakan pada komunitas yang dijadikan objek dialog atau kepada siapa interprestasi itu ditunjukkan. Maka ide (Verstehen und erkleren) dua konsep mutlak harus ada dalam interprestasi psikologis dan gramatis.
Ada tiga level hermeneutika menurut Wolf yakni (1) interpretatio gramatica, (2) histrorica, (3) philosophica. Hermeneutika interpretatio gramatica berhubungan dengan bahasa yang menentukan pemahaman. Hermeneutika histrorica, adalah fakta histroris, dan dunia kehidupan pengarang, dan memahami pengetahuan yang dimaksudkan pengarang Hermeneutika philosophica, adalah uji validitas logika agar hermeneutika interpretatio gramatica, dan hermeneutika histrorica menjadi logis dan masuk akal.
Tentu saja pertimbangan praktis, factual menjadi dan obeservasi adalah hal penting dalam hermeneutika. Pada dasarnya interprestasi adalah mengambil alih fungsi dari fungsi pengarang sehingga lebih baik dari penulis aslinya melalui "nacherleben" (dialami kembali), re-experience, empati, dan trans-posisi diri. Dualitas secara bersama-sama diantara isi pikiran, dan isi kalimat.