Lihat ke Halaman Asli

Oktavian Balang

Kalimantan Utara

Catatan Seorang Kurir dalam Tiga Babak

Diperbarui: 1 November 2020   20:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Suatu kali ada percakapan via telpon dari teman lama yang katanya kangen. Di tengah-tengah percakapan muncul sebuah pertanyaan yang bikin tensi saya naik

Teman: kamu foto di mana itu, emang kamu bikin apa d isitu ?

Saya: O, itu di dermaga perahu milik masyarakat, di Desa Pejalin, Tanjung Palas. Ya, kerjalah, ngantar paket. Aku sekarang kerja di Ninja Xpress, sudah hampir 2 tahun lebih, lah.

Teman: Enak dong jadi kurir, kerjanya cuma ngantar-ngantar doang, kan? Cuma modal hp, sama motor. Tinggal lihat alamat, terus paket tinggal diantar ke pelanggan. Pekerjaan selesai.

Saya: Gigimu, tu nah! (logat Kalimantan Utara, sebagai nada protes) Kau kira enak, kah, jadi kurir?

Sebuah gambaran umum yang sering terlintas di pikiran masyarakat luas, yang menganggap bahwa profesi seorang kurir hanya pekerjaan yang remeh. yang tidak membutuhkan skill atau keterampilan di dalam setiap penanganannya. 

Padahal pada kenyataannya, bagi saya pribadi, profesi kurir merupakan pekerjaan yang sangat menantang, penuh dengan tekanan, dan resiko yang cukup besar bila di jalani. Sungguh pekerjaan yang menguras tenaga dan pikiran.

Bagaimana tidak, katakanlah dalam 1 hari ada 70 paket yang harus diantar, demi mengejar target yang sudah di tetapkan oleh perusahaan. Mau nggak mau kurir harus memutar otak agar semua paket dapat diantarkan ke alamat tujuan tanpa melewati batas waktu yang sudah di tentukan. 

Ya, namanya juga pekerjaan, pasti ada saja kendala dan masalah yang disebabkan berbagai faktor mulai dari ban bocor, respons lama dari pelanggan.

Bahkan dari faktor cuaca yang tidak bersahabat (banjir dan hujan) yang justru membuat segala rencana awal yang sudah tersusun rapi menjadi berantakan. Secara tidak langsung, situasi tersebut akan mempengaruhi emosi. Syukur-syukur kalau kurir tersebut bisa sabar, lain lagi bila si kurir orangnya bertempramen tinggi.

Kurir dan pelanggan juga manusia, yang terkadang bisa spontan dalam mengeluarkan emosinya ketika ada satu hal yang mengusik prinsip atau nilai-nilai yang diyakini yang menyebabkan perdebatan bahkan pertentangan antara pelanggan dan kurir bahkan sebaliknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline