Lihat ke Halaman Asli

Kejadian-kejadian Luar Biasa Selama Saya Menunaikan Ibadah Haji

Diperbarui: 4 April 2017   17:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12900230771080207070

Alhamdulillah, selama penulis menjalankan Ibadah Haji, hampir tidak ada halangan yang berarti. Malah ada beberapa kejadian yang luar biasa, yang merupakan Karunia dari Allah. Artikel ini sebagai pelengkap dari ”Melaksanakan Ibadah Haji Tanpa Biaya Sendiri Tanpa Korupsi” yang terdiri dari Tiga Bagian, yang telah saya posting terlebih dahulu.

Jalan Kaki Setiap Hari Enam Km Tanpa Merasa Lelah

Selama di Kota Mekah, kami selalu berusaha untuk shalat berjamaah di Masjidil Haram, karena pahalanya dilipat-gandakan oleh Allah100 ribu kali dibanding mesjid lain di dunia, sedang di Mesjid Nabawai 10 ribu kali lopat dibanding mesjid lain.

Selama di Madinah, karena letak pemondokan yang sangat dekat dengan Mesjid Nabawi, tidak ada masalah kami menjalankan shalat di untuk melaksanakan shalat Arbain (40 waktu selama delapan hari). Tapi di Mekah, karena jarak pemondokan dengan Masjidil Haram cukup jauh, sekitar 3 km (PP 6 Km), karena tidak ada angkutan bis atau mobil (karena demikian banyak jamaah di kota Mekah), terpaksa kami jalan setiap hari bolak-balik ke Masjidil Haram.

Biasanya satu jam sebelum waktu Shalat Subuh kami sudah berjalan menuju Masjidil Haram agar tidak ketinggalan Shalat Subuh berjamaah, dan baru pulang ke pemondokan setelah Shalat Isya, atau sekalian iktikaf di mesjid untuk shalat malam. Soal makan, tidak ada masalah, karena ada restoran Indonesia dan banyak orang Indonesia yang berjualan masakan Indonesia di sekitar Masjidil Haram dengan harga relatif murah..

1290023178798086514

Jarak sejauh itu kalau di Indonesia pasti ditempuh dengan kendaraan, apakah mobil pribadi atau angkot atau sepeda motor atau sepeda. Tapi di Mekah saat ibadah Haji, entah karena tidak ada pilihan lain, jalan kaki 6 km setiap hari, tidak begitu terasa, taremausk bagi kakek-nenek dan kaum wanita.

DapatMakan Siang Gratis Setiap Hari

Alhamdulillah, di dekat pemondokan kami di Mekah ada sebuah mesjid. Setelah shalat Zuhur di mesjid, kami pada umumnya langsung antri karena seorang dermawan yang kaya, membagi-bagikan satu boks nasi untuk santap siang.

Hari-hari pertama kami sangat senang dan menikmati nasi tersebut, tetapi lama-lama bosen juga, soalnya lauknya tidak pernah ada variasinya. Setiap hari ayam melulu. Masaknya pun tidak terlalu sesuai dengan lidah orang Indonesia, dan potongan ayamnya besar-besar sekali. Bagi ibu-ibu yang pintar masak, ayam itu dimasak lagi dengan resep masakan Indonesia.

Tetapi bagi saya, itu sudah lebih dari cukup, rezeki dari Allah, yang saya terima dengan senang hati dan penuh rasa syukur. Lumayan dapat makan siang gartis, berarti dapat mnghemat biaya makan, untuk membeli oleh-oleh lebih banyak. Ternyata tidak semua jamaah yang mendapat jatah makan dari dermawan seperti yang kami dapatkan.

Dipaksa Bayar Makanan Harga 5 Real dengan Hanya 1 Real Saja

Di sekitar Mesjidil Haram terdapat beberapa ”warung kopi’ dimana kita bisa membeli makanan danminuman ringan. Saya makan beberapa potong kue dan minum segelas minuman ringan. Setelah selesai saya membayar senilai 5 real, sesuaidenganharga yang adadi daftar menu. Tetapi anehnya, penjualnya mengembalikanuang saya  4 real.

Waktu saya katakan bahwa saya makan ini dan itu tambah minuman, harganya sekian. Dia tetap minta hanya 1 real saja sambil mengangkat telunjuknya. Setelah 2-3 kali saya  ulangi akan membayar 5 real tapidia tetap ngotot hanya mau diabayar 1 real.

Saya tak tahu, apakah dia memang mau sedekah atau bagaimana, tetapi daripada bertengkar, saya tinggalkan rumah makan tersebut dengan mengucapkan terimakasih dan hanya membayar 1 real saja. Alhamdulillah.

Semua Serba Satu Real

Pemerintah Arab Saudi ini sangat bijaksana. Semua pekerja asing yang bekerja di sana, termasuk Indonesia, selama musim Haji dibebaskan atau diliburkan dari pekerjaannya. Selama libur para pekerja itu gajinya tetap dibayar penuh. Malah mereka dapat penghasilan ekstra dengan cara berjualan makanan khas Indonesia atau jual jasa untuk Ba'dal Haji.

Karena tenaga kerja Indonesia berasal dari seluruh Indonesia, tentu saja semua jenis makanan dari seluruh Indonesia ada di sana. Yang aneh semua makanan harganya serba satu real atau kurang.Di sekitar Mesjidil Haram juga banyak dijumpai orang-orang Indonesia yang berjualan makanan Indonesia. Juga ada beberapa restoran Indonesia, yang harganya tentu tidak serba satu real lagi, karena memang mutunya lebih baik.

Kalau di Indonesia ada TOKO SERBU, maksudnya semua barang harganya sepuluh ribu rupiah, tetapi disana serba satu real. Bahkan ada yang 1 real dapat 3 buah. Berdasarkan info dari teman-teman di sana, harganya tidak pernah berubah selama bertahun-tahun, tetap satu real.

Yang selalu berubah adalah kurs dalam rupiah. Nilai rupiah kita semakin tahun semakin turun. Harga dalam real tetap sama, tetapi bagi orang Indonesia, harga tersebut setiap tahun semakin mahal, karena untuk menukarkan uang 1 real, memerlukan rupiah yang lebih banyak. Hal yang sama terjadi terhadap dolar Amerika atau dolar Australia dan mata uang Internasional lainnya. Saya tak tahu, apa yang salah dengan sistem keuangan Negara kita.

Tidak Boleh Sombong

Setelah beberapa hari tinggal di Mekah dan setiap hari shalat di Mesjidil Haram yang ganjarannya sama dengan 100.000 kali lipat dibanding dengan shalat di mesjid lain, saya sudah merasa ”hafal’ dan tidak takut tersesat lagi.

Suatu hari menjelang shalat Zuhur saya mau ke WC sekaligus ke tempat wudhu. Perlu diketahui bahwa WC dan tempat wuduk banyak sekali jumlahnya, terletak di sekeliling Masjidil Haram, di beberapa tingkat bawah tanah, kalau tak salah sampai tiga tingkat di bawah tanah. Untuk mencapainya bisa melalui tangga biasa atau melalui eskalatior seperti yang ada di Pasar  Swalayan.Untuk jamaah laki-laki ada gambar seorang laki-laki dengan tulisan ”Ar-Rijal” atau ”Man”dalam Bahasa Arab dan Inggris.Begitu pula dengan WC wanita ada gambar wanita berjilbabdengantulisan ”An Nisa”. Atau ”Woman”.

Anehnya saat itu, saya sudah berjalan hampir mengelilingi mesjid, tapi tidak terlihat tanda WC itu, padahal papan-nya besar dan biasanya bisa dilihat dari jauh. Akhirnya saya mengucap istigfar kepada Allah, lalu bertanya kepada seorang petugas yang ada di situ.

Dia menunjuk ke suatu arah, yang anehnya sebenarnya sangat dekat dari tempat saya berdiri. Kok tadi nggak kelihatam sih?Mungkin karena saya merasa sudah tahu lokasi, dan ada sedikit rasa ”sombong” maka Allah ”menghukum” saya. Memang sebenarnya manusia itu sangat lemah, tidak ada daya upaya melainkan atas Izin Allah. Jangan pernah ada rasa sombong di dalam hati kita.

Kehilangan Dompet Karena Sombong

Salah seorang jamaah merasa sedih karena kehilangan semua uangnya, padahal selalu disimpan di dalam tas kecil yang selalu diikatkan di pinggangnya. Seorang jamaah lain berucap: ”Saya gak bakalan kehilingan uang, karena saya simpan di tas kecil yang selalu saya kalungkan di leher”. Tak berapa lama kemudian, dia mengeluh bahwa semua uangnya juga telah hilang.

Sekali lagi, di tanah suci, apalagi di Masjidil Haram, jangan pernah merasa sombong bahwa kita mempunyai suatuatau kemampuan/ kekuatan. Di Rumah Allah, kita harus benar-benar merasa sebagai seorang hamba yang tak punya daya upaya, melainkan Allah. Memang manusia sebenarnya sangat lemah, tidak punya kekuatan apa-apa.

Antrian Sangat Panjangdi WC

Masalah buang air, merupakan hal yang cukup merepotkan, terutama bagi yang tiba-tiba kebelet mau buang air besar. Suatu saat, setelah melempar jumrah, saya merasa kepingin buang air besar. Segera aku mencari WC untuk buang air. Tetapi karena jumlah WC tidak seimbang dengan jumlah jemaah yang demikian banyak, maka terpaksa antri lama.

Ada puluhan orang dalam antrian yang panjangdi setiap WC. Tidak ada pilihan lain, saya juga antri, sambil bero’a, ya Allah, janganlah Engkau permalukan saya dengan buang air besar dalam pakaian Ihram ini, demikian doa’ku dalam hati. Tidak mungkin kita minta duluan, karena jemaah lain menghadapi masalah yang sama, sama-sama kebelet.

Tiba-tiba rasa sakit perut yang tadinya sangat melilit perut, hilang seketika, tetapi saya tetap antri. Dan benar saja, begitu saya mendapat giliran masuk ke WC, rasa kepingin buang air itu kembali lagi, dan saya langsung menunaikan hajat. Alhamdulillah.

Ternyata dalam menahan rasa sakit perut dan mual dan kebelet mau buang aiir,  juga terdapat tanda-tanda Kebesaran Allah. Padahal selama ini, saya tak pernah memikirkan hal-hal kecil seperti iu. Subhanallah.

Saat Shalat Toko Ditinggal Begitu Saja

Di sekeliling dan sekitar Mesjidil Haram dan Mesjid Nabawi banyak terdapa toko dan para pedagang kaki lima. Yang menarik adalah, mereka yang orang Arab itu rata-rata dapat berbahasa Indonesia, terutama yang berhubungan dengan urusan jual-beli, seperti: ”mampir”, ”murah”, ”satu real”. dlsb. Karena jamaah haji Indonesia paling banyak dibanding dari Negara lain, dan terkenal suka belanja.

Bila sudah terdengar Azan tanda waktu shalat wajib telah tiba, maka toko dan dagangan mereka di tinggal begitu saja, atau ditutup dengan kain seadanya. Tampaknya tak ada pencuri yang berani mengambil barang-barang tersebut. Ini mungkin karena suasana ibadah yang suci dan juga karena hukum Islam yang diterapkan di sini. Orang yang mencuri hukumannya bisa dipotong tangannya..

Semua Wanita Pakai Jilbab atau Cadar

Selama saya di Arab Saudi, ada pemandangan yang indah yang tidak pernah kita temui di mana-pun di seluruh dunia. Semua wanita dewasa memakai jilbab atau cadar yang serba hitam. Semua wanita menutup auratnya, baik para jamaah haji, maupun penduduk setempat baik di Madinah, Mekah yang merupakan kota-kota suci, maupun Jedah, yang tidak termasuk Tanah Haram. Saya tak tahu apakah keadaan serupa juga terdapat di Riyadh, sebagai ibukota Arab Saudi dimana banyak wanita Internasional dari berbagai bangsa dimana Kedutaan Besar semua Negara dari seluruh dunia, yang tentunya menganut berbagai agama ada di sana.

12900240071076175021

Bandingkan dengan d Indonesia, wanita berjilbab masih sedikit padahal Indonesia adalah Negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Apalagi wanita yang memakai cadar, lebih sangat jarang. Padahal pakian cadar yang longgar dan serba hitam ini bukan pakaian Wanita Arab, tapi pakaian wanita Muslimah yang taqwa, yang mencari ridho Allah.

12902113341735828670

Sebagian besar wanita Indonesia tidak menutup aurat, tidak beda dengan wanita non Muslim. Malah mereka berpakaian sexy yang mengundang nafsu lelaki. Bahkan yang wanita yang mencalonkan diri sebagai Bupati seperi Julia Peres, selalu berpakaian minim dan sexy. Tidak heran di Indonesia banyak terjadi pelecehan seksual dan perkosaan. Seorang anggota DPR, Rieke Diah Pitaloka juga mengalami pelecehan seksual, karena tidak menutup aurat. Kalau sudah terjadi pelecehan seperti itu, kaum wanita bukan memperbaiki diri, tetapi menyalahkan orang lain, kaum lelaki yang melecehkan mereka.

Tidak Ada Kotak Amal di Mesjid

Di semua mesjid di Arab Saudi tidak ada ”kotak amal” yang selalu diedarkan saat orang shalat Jum’at atau saat ada pengajian seperti di Indonesia. Di sana semua biaya untuk keperluan operasional mesjid sudah ditanggung oleh Pemerintah Arab Saudi, baik untuk pembangunan mesjid, pemelihraan mesjid maupun biaya penyelanggaraan shalat. Menurut informasi yang aku terima, semua imam dan khotib di mesjid mendapat gaji dari Pemerintah Arab Saudi.

Begitu juga WC-mesjid, tidak ada ”kotak amal” atau penjaga yang memungut biaya buang air seperti di Mesjid Istiqlal Jakarta dan banyak mesjid besar di Indonesia. Biaya iktikaf di Mesjidil Haram hampir tidak ada kecuali untuk biaya makan. Di sana biaya minum air Zamzam gratis.

Hal ini berbeda jauh bila iktikaf di Mesjid Istiqlal Jakarta, kita harus menyediakan biaya puluhan ribu per hari, yaitu untuk biaya buang air (WC) minimal Rp. 2.000.sekali masuk WC danbiaya untuk beli aqua.

Seorang Anggota Rombongan JamaahDapat Jodoh di Mekah

Salah seorang jemaah rombongan kami yang termuda, saat berangkat masih bujangan. Dia mendapat jodoh di Mekah, seorang gadis jamaah Kalimantan Timur. Mereka bertemu dan berkenalan saat melaksanakan Tawaf mengelilingi Ka’bah. Saya dan beberapa teman bertindak sebagai orang tua pemuda itu untuk melamar si gadis yang saat itu menunaikan ibadah Haji bersama saudara perempuan dan ayah kandungnya.

Pada awalnya, ayah si gadishanya menerima lamaran kami tetapi tidak langsung menikah di sana. Tetapi kami meminta agar langsung menikah di tempat dan saat yang suci itu. Akhirnya ayahnya setuju, dan dilangsungkan pernikahan itu beberapa hari kemudian di salah satu sudut Mesjidil Haram di tingkat dua.

Untuk sekedar ”selamatan” dengan makan nasi kotak, kami para jamaah mengadakan urunanbeberapa realper orang. Acara itu diliput dan disaksikan oleh para pejabat dari Konsulat Jenderal RI di Jedah.

Begitulah Allah Yang Maha Menentukan telah mempertemukan jodoh mereka. Padahal selama ini pemuda itu sudah lama ingin menikah, karena dia sudah mempunyai pekerjaan tetap, dan sudah mempunyai rumah sendiri. Tapi setiap kali berjumpa seorang wanita, ada saja masalah atau faktor yang menghalangi terjadinya pernikahan. Ternyata jodohnya harus bertemu di Masjidil Haram. Allahu Akbar.

Saat artikel ini ditulis , mereka telah dikaruniadua orang anak yang lucu-lucu. Semoga kelak akan menjadi anak yang soleh dan solehah. Amin.

Seorang Jamaah Penderita Gagal Ginjal Tak Perlu Cuci Darah

Seorang jamaah, Ketua Rombongan kami, sesungguhnya menderita sakit gagal ginjal, yang mestinya harus cuci darah setiap minggu. Selama 40 hari saat menjalankan Ibadah Haji, dia sehat-sehat saja tanpa cuci darah, malah bisa jalan kaki setiap hari 6 km pergi dan pulang ke Masjidil Haram. Semua rukun haji seperti tawaf, sa’i dan wukuf di Arafah dapat dia lakukan.

Tapi setelah kembali ke Indonesia, dia kembali harus menjalani cuci darah dua kali setiap minggu. Karena dia termasuk pejabat di Kementerian Kesehatan, dan mampu membeli mesin pencuci darah, dan bayar gaji perawat, dia melakukn cuci darah di rumah. Tapi tetap tidak tertolong. Saat ini sudah meninggal dunia. Semoga hajinya dapat haji mabrur, semua amal ibadahnya diterima dan semua dosanya diampuni Allah, dan ditempatkan di tempat yang layak di ”alam sana”. Amin.

Air Wudhu di Mesjid Nabawi Wangi Seperti Parfum

Seorang teman, sebut saja H. Fulan, bercerita. Dulu sebelum menunaikan ibadah haji dia seorang preman. Dia katakan, tidak ada dosa besar apalagi dosa kecil yang tidak pernah dia lakukan. Kita mengerti siapa dia, tak perlu ditanyakan apa dosa-dosanya selama ini.

Suatu hari dia insaf dan ingin bertobat. Bagaimana caranya?. Seorang teman menyarankan agar dia naik haji saja. Dia kaget. Apa dia pantas pergi haji?. Bukankah dia penuh dosa?. Dia takut berangkat haji walaupun biayanya cukup. Tapi setelah diyakinkan teman, bahwa Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang serta Maha Pengampun kepada umat-Nya, dan Allah sangat senang bila ada hamba-Nya yang mau berobat, dia akhirnya berangkat haji.

Seorang teman lain menyarankan pada si Fulan, agar saat berada di Madinah unruk melakukan ibadah Shalat Arbain (Shalat Wajib empat puluh waktu-delapan hari) secara berjamaah tanpa tertinggal Takbir Awalbersama Imam, usahakan shalat tahajud di malam Jum’at di Masjid Nabawi. Dia ingat betul saran itu dan ingin melaksanakannya.

Pada malam Jumat yang ditunggu-tunggu dia ajak teman yang memberi saran untuk melalukan shalat tahajud di Mesjid Nabawi. Kebetulan temannya itu sakit, tak jadi ke mesjid. Akhirnya si Fulan berangkat sendiri ke mesjid di tengah malam dengan berjalan kaki dari apartemen tempatnya menginap selama di Madinah.

Sesampai di Mesjid Nabawi, dia mengambil wudhu di lantai di bawah tanah. Perlu diketahui bahwa semua WC di sekeliling Mesjid Nabawi ada di bawah tanah, bisa dicapai dengan tangga atau eskalator seperti di super market. Tidak ada orang di sana saat itu, lalu dia duduk untuk mengambil air wudhu. Perlu diketahui bahwa semua tempat mengambil wudhu di Arab Saudi ada tempat duduknya. Tidak seperti Mesjid di Indonesia, orang berwudhu sambil berdiri.

Tiba-tiba dia meraskan bahwa air yang mengalir dari keran itu sangat harum baunya. Dia berfikir, luar biasa sekali Pemerintah Arab Saudi, air keran saja harum seperti parfum. Selama di Madinah, dia selalu mengambil wudhu di tempat pemondokan, baru kali itu di Mesjid Nabawi.

Setelah itu dia shalat tahajud dengan khusuk. Bermohon kepada Allah agar segala dosanya diampuni Allah. Saat mulai shalat, jamaah tang shalat tidak banyak. Perlu diketahui, bahwa Mesjid Nabawi hanya buka dari menjelang Subuh sampai jam 10 malam. Jadi kalau mau shalat tahajud di tengah malam, hanya bisa dilakukan di pelataran masjid yang sangat luas.

Setelah dia selesai shalat dan berdoa, saat dia bersiap pulang dan berdiri, dan neoleh ke belakang, dia melihat begitu banayk jamaah yang sedang besrzikir dengan pakaian putih dan semua bersorban, Karena dia tak mau mengganggu mereka yang sedang berzikir dia tinggalkan mereka tanpa mengucapkan Salam. Dia tidak yakin apakah itu manusia atau para Malaikat. Dia kembali ke pemondokan dengan berjalan kaki.

Sesampai di pemondokan, kebetulan ada jamaah yang belum tidur atau beru terbangun. Temannya kaget melihat wajahnya yang penuh cahaya. Dia berttanya kepada jamaah itu, apakah air wudhu di Mesjid Nabawi berbau harum?. Setelah dijawab bahwa air di sana tidak harum, dia sangat heran dan penasaran.

Keesokan harinya, saat menjelang akan shalat Subuh, dia sengaja tidak ambil wudhu di pemondokan. Dia mau berwudhu di Mesjid Nabawi untuk membuktikan apakah air untuk wudhu itu harum atau tidak. Lalu dia mengambil air wudhu di tempat yang sama dia berwudhu tadi malam. Ternyata...................... airnya tidak harum, biasa saja seperti air keran di Indonesia.

Dia menyatakan, mudah-mudahan itu merupakan doanya agar dosa-dosanya mendapat ampunan dari Allah. Sejak itu dia bertekad untuk menjadi Muslim yang taat kepada Allah, menjalankan segala perintah Allah, dan menjauihi segala larangnnya.

Semoga penulis fdan yang membacanya dengan penuh perhatian, akan diberangkatkan oleh Allah ke Tanah Suci sebelum kembali kepada Allah. Yang sudah pernah pergi haji, bisa berangkat kembali. Amin

Selamat Hari Raya Idul Adha, mohon maaf lahir bathin

Depok, 18 November 2010

Bakaruddin Is

Baca juga article lengkap tentang Perjalanan Haji saya. Semoga bermanfaat.

1.Melaksanakan Ibadah Haji Tanpa Biaya Sendiri Tanpa Korupsi: Bagian Pertama

http://agama.kompasiana.com/2010/11/15/melaksanakan-ibadah-haji-tanpa-biaya-sendiri-tanpa-korupsi-bagian-pertama/

2. Melaksanakan Ibadah Haji Tanpa Biaya Sendiri Tanpa Korupsi: Bagian Kedua

http://agama.kompasiana.com/2010/11/16/melaksanakan-ibadah-haji-tanpa-biaya-sendiri-tanpa-korupsi-bagian-kedua/

2.Melaksanakan Ibadah Haji Tanpa Biaya Sendiri Tanpa Korupsi: Bagian Ketiga

http://agama.kompasiana.com/2010/11/16/melaksanakan-ibadah-haji-tanpa-biaya-sendiri-tanpa-korupsi-bagian-ketiga/




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline