Lihat ke Halaman Asli

Bagus Kurniawan

Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi UAJY

Menikmati Imperalisme Budaya, Mulai dari Minuman Ringan, Resto Cepat Saji, Film hingga Sepatu Tembakan KW Super

Diperbarui: 10 November 2020   16:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Coca cola, salah satu produk  globalminuman ringan yang mendunia (phere.com)

Kolonialime dan imperalisme dua hal yang tak terpisahkan. Bila olonialisme erat kaitannya dengan rempah-rempah, ketika bangsa Barat atau Eropa mencari wilayah penghasil rempah-rempah di timur yakni di wilayah Swarnadwipa, Jawadwipa dan pulau-pulau lain di nusantara.

Rempah-rempah sejak dulu menjadi komoditas penting di Eropa sehingga mereka mencari sampai ke Indonesia.  Kolonialisme hingga awal abad 20 identik dengan penaklukan suatu bangsa atas bangsa lain untuk menguasa wilayah secara ekonomi.

Pasca Perang Dunia (PD) II, terbenyuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tidak ada lagi penaklukan wilayah secara fisik. Negara-negara di Asia dan Afrika mulai merdeka dan menjadi negara berdaulat.

Namun kemudian muncul imperalisme yang lebih merujuk pada hubungan suatu negara yakni antara negara maju, kaya dengan negara miskin, berkembang, atau ketiga.

Pola hubungan juga masih sama seperti praktik kolonialisme yakni menguasai sumber-sumber kekayaan suatu negara.

Tujuan imperalisme juga sama menambah kekayaan atau ekonomi negara maju dengan mebguasai aset-aset di negara miskin. baik sumber alam dan manusia

Imperlisme modern yang terjadi saat ini lebih banyak menggunakan budaya dan media yakni untuk menyebarkan ide-ide dan kebudayaan Barat ke seluruh dunia. terutama ke negara-negara ketiga

Negara-negara Barat seperti Amerika Serikat (AS) msalnya menggunakan budaya untuk masuk ke negara ketiga seperti Indonesia. Salah satunya menggunakan media dan teknologi.

Negara Barat mengenalan budaya misalnya mode (fashion), food and beverage atau makanan, musik hingga berbagai perangkat teknologi sebagai pendukungnya. Sedangkan dari sisi industri mereka juga masuk untuk mencari tenaga kerja atau buruh murah.

Dari makanan misalnya Indonesia mulai dikenalan restoran cepat saji, McDonald, Kentucky Fried Chicken, Coca Cola, Root Beer hingga Starbuck.

Dulu di Yogyakarta hingga akhir tahun 1970-an ada minuman berkarbonasi seperti Coca Cola. Namanya Sarsaparella atau orang menyebutnya Saparella. Botolnya khas kecil kemasan 250 ml dengan tutup botol keramik dan ada karet hitam penahan agarsoda tak keluar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline