Lihat ke Halaman Asli

Abdul Aziz

Memajukan Sepakbola Indonesia

Sepak Bola Bisa Diturunkan

Diperbarui: 29 April 2022   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sepak Bola Bisa di Turunkan 

Kemarin anak Lilian Turam mencetak dua gol di liga Jerman. Sementara di liga italia anak Simeone pelatih Atletico Madrid mencetak hatric buat klubnya Verona. Dan Haland yang main di Borusia Dormund juga anak dari pemain profesional Alvin Haland.

Di Spanyol Luca Zidane yang bermain sebagai kiper  di Rayo Valecano adalah anaknya Zenedine Zidane. 

Kesimpulannya DNA sepakbola bisa di turunkan.  Tapi dengan catatan semuanya harus melalui proses. Masuk Academy. Berlatih dan sebagainya. Kalau diam saja walaupun anaknya  seorang Carlo Anceloti tetap saja tidak jadi pemain sepakbola.

Tapi  menurut saya sepakbola lebih dari sekedar DNA. Sepakbola adalah mukjizat. Kemampuan sepakbola bisa datang kepada siapa saja. Tidak harus dari keluarga sepakbola. Contohnya banyak. 

Maradona bukan dari keluarga sepakbola tapi dia bisa jadi pesepakbola handal. Messi juga bukan dari keluarga sepakbola dan  tidak pernah belajar sepakbola sebelumnya. Tapi begitu di kasih bola dia bisa mendribling dengan bagus. Kalau bukan mukjizat apa dong namanya. 

Di kalangan pemerhati sepakbola hal ini selalu jadi pembahasan yang tidak pernah habis. Mereka melihat bahwa kultur yang di ciptakan oleh negara menjadi penentu tumbuh kembangnya pemain bola. 

Maradona dan Messi  beruntung lahir di Argentina yang punya kultur sepakbola yang kuat.

Di negara negara yang langganan Juara Dunia keterlibatan negara sangat jelas. Negara membantu menyiapkan fasilitas, aturan dan sistem yang terintegrasi. Dengan begitu orang-orang yang terlibat di dalam dunia sepakbola  bisa berkreativitas menemukan model pembinaan yang bisa melahirkan standar yang sama dari tahun ke tahun. Contohnya  Brazil. Belum  ada pemain Brazil yang gagal di kompetisi Eropa dari tahun ke tahun. 

Beda dengan negara dari dunia ketiga seperti Jepang, Korea Selatan dan negara-negara  dari kawasan Timur dan Asia Tengah. Hanya beberapa yang bisa bersaing. Padahal mereka sudah mencoba menumbuhkan  kultur sepakbola di negara mereka masing-masing. 

Apalagi negara kita yang fasilitas lapangan sepakbolanya masih sedikit makin jauh saja untuk bisa bersaing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline