Lihat ke Halaman Asli

azas tigor nainggolan

Advokat dan Analis Kebijakan Transportasi

Tidak Perlu Menaikkan Tarif KRL Jabodetabek

Diperbarui: 19 Januari 2022   05:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penumpang KRL Commuter Line di Stasiun Bogor. (KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Dikabarkan ada rencana pengelola Kereta Komuter Listrik (KRL) Jabodetabek yakni PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI) hendak menaikkan tarif 25 km pertama dari Rp 3.000 menjadi Rp 5.000.

Tulus Abadi, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tidak mempersoalkan kenaikan tersebut karena pihaknya juga sudah mendapatkan data dari survei yaitu jumlah pengguna kereta didominasi jarak tempuh di bawah 25 km.

Diungkapkan oleh Tulus bahwa secara total jumlah pengguna dengan jarak tempuh di bawah 25 km mencapai 84 persen dari total responden.

Jika memang dilihat dari angka memang kecil, kenaikan Rp 2.000 rupiah. Tetapi dari sisi biaya transportasi, kenaikan itu menjadi lain.

Saya sih tidak setuju jika tarif KRL Jabodetabek dinaikan jadi Rp 5.000 per 25 Km. Patokannya jangan hanya survey APT dan WPT saja. Seharusnya juga adalah melihat juga akses pengguna KRL pada layanan KRL. 

Apalagi dikatakan oleh Tulus Abadi bahwa mayoritas pengguna KRL sekitar 84 persen adalah pengguna di bawah 25 Km. Artinya para pengguna mayoritas ini akan membayar lebih, tidak sesuai penggunaan dan mensubsidi PT KCI. Padahal PT KCI sendiri sudah ditopang oleh subsidi uang rakyat dalam APBN. Menjadi aneh karena rakyat sudah dua memberi topangan subsidi pada PT KCI. Jangan lupa bahwa subsidi APBN pada PT KCI adalah uang rakyat dan uang pengguna KRL Jabodetabek itu sendiri

Kalau mau menaikkan tarif jangan hanya menggantung pada memperhitungkan Ability To Pay (ATP) atau kemauan membayar dan Willingness To Pay (WTP) atau kemampuan membayar pengguna.

Sebaiknya juga menghitung biaya transportasi dan akses para pengguna keluarkan pada layanan KRL Jabodetabek itu sendiri.

Coba perhatikan saksama, sesekali di stasiun KRL, dimana para pengguna mengakses layanan KRL dengan menggunakan layanan transportasi online lebih dulu. 

Begitu pula saat turun, para pengguna KRL kembali menggunakan transportasi online untuk mencapai tempat tujuan akhir perjalanan. Tarif sekali perjalanan dengan ojek online misalnya Rp 10.000 dan pulangnya pun butuh membayar kembali Rp 10.000. Begitu pula ketika hendak pulang pengguna KRL akan melakukan perjalanan yang sama saat berangkat.

Jika situasi perjalanannya seperti itu biaya transportasi pengguna KRL untuk bekerja sehari-hari sekitar:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline