Lihat ke Halaman Asli

Ayah Tuah

TERVERIFIKASI

Penikmat kata

Puisi | Menghitung Jarak tentang Angka-angka yang Tak Pernah Beranjak

Diperbarui: 23 Mei 2020   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com. 

Adakah kau pernah merasakan malam lebih daripada malam. Angin tak tahu, juga tak ada dentang saat tiang listrik dipukul petugas ronda 

Pagi lebih gigil dari biasanya 

Tak ada api sebagai penghangat, apatah lagi segelas kopi. Ruang tamu berkarat, dirompak lamunan-lamunan hingga kesedihan berlarat       

Percakapan menjadi sunyi 

Di sebelah rumah terdengar tawa menghidupkan televisi, mengucapkan selamat pagi air mata. Ada cahaya berpendar menyelusup di bola mata, berharap menjadi pelangi sebelum senja tiba

Tiba-tiba aku seperti dihantui  menghitung jarak, tentang angka-angka yang tak pernah beranjak 

Aku masih berharap ada ketukan di pintu, tapi ternyata itu khayalanku saja. Aku masih duduk di sini 

**

Cilegon, Mei 2020 

Catatan. 

Puisi pernah tayang di Secangkirkopibersama.com. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline