Pernahkah kamu melihat baliho papan reklame yang menunjukkan hadiah Puting Beliung atau undian berhadiah miliaran dan berpikir, "Wow! Apa yang akan kulakukan kalau punya uang miliaran?"
Kemudian kamu mulai berpikir tentang utang yang harus kamu bayar, barang yang mungkin kamu beli, bahkan kandidat caleg dan gerakan kemanusiaan yang mungkin kamu dukung. Ini sangat menyenangkan, tetapi kemudian, kalau kamu sama sepertiku, kamu akan berpikir serius.
Membayar zakat dan sedekah tidak akan jadi masalah, tetapi pajak .... kemungkinan berhubungan dengan pengacara atau petugas pajak yang tidak bermoral yang ngiler melihat kekayaanku. Ditambah lagi, kemungkinan menjadi sasaran penipu, perampok dan hacker. Anggota keluarga terancam diculik untuk tebusan. Dan tahu-tahu aku teringat The Pearl John Steinbeck, bahkan Master of the Game Sidney Sheldon, dan berpikir, "Tidak. Aku tidak menginginkan uang sebanyak iktu. Aku tak ingin mempunyai uang berjibun dan khawatir tentang bagaimana harta menghancurkan hidupku. No way, Fulgoso!"
Gila? Memang!
Tapi sebagai pengarang, aku pernah mengalami ketakutan itu. Dan percaya atau tidak, aku telah menyaksikan banyak penulis mengalami fenomena ini juga. Bukan dengan mimpi memenangkan undian tetapi dengan potensi kesuksesan mereka sendiri sebagai penulis.
Mereka membawa kekhawatiran tentang seperti apa hidup ini setelah mereka berhasil, padahal mereka belum pernah mengirimkan naskahnya untuk diterbitkan.
Penulis bertanya kepadaku tentang kemungkinan tulisan mereka dibajak dan dijual di platform novel online atau di kaki lima dan terminal bus. Mereka akan bertanya tentang apa yang terjadi jika mereka menyerahkan hak cipta, tokoh mereka menjadi ide film tanpa mendapat royalti.
Seperti mimpiku mendapatkan undian puting beliung (padahal tidak punya rekening di bank yang itu), mereka mengkhawatirkan masalah keuangan dan keselamatan manusia serta akibatnya padqa perdamaian dunia dengan sangat serius.
Aku tidak menilai negatif mereka. Aku benar-benar mengerti. Tapi itu juga tidak produktif dan bisa menghalangi kamu dari bagian terpenting: Menulis ceritamu.
Perbaikan Kesalahan: Khawatirkan Saja tentang Apa yang Sedang Kamu Kerjakan.