Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Kasus Sang Harimau (Bab 26)

Diperbarui: 27 April 2023   12:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pri. Ikhwanul Halim

Showroom Damanik terbukti menjadi tempat yang tidak mengesankan. Di ruang pajang ada tiga mobil dengan harga yang optimistis di kaca depan, dan sebuah mobil pikap rusak. Ada dua pompa bensin dan di belakangnya ada dinding beton dan kaca kecil yang kuduga berfungsi sebagai kantor.

Steben Damanik sedang mengisi bahan bakar mobil dari salah satu pompa. Dari fisiknya dia adalah lelaki yang kuat dan tidak terlalu buruk di usia pertengahan empat puluhan. Mengenakan baju montir terusan, sepatu bot, dan, anehnya, topi Burberry.

Steben, seperti pakaiannya, adalah campuran yang aneh. Dia menimbulkan rasa tidak percayaku padanya secara langsung.

Setelah selesai di pompa bensin, Steben berjalan ke arahku, menyeka tangannya di paha terusan baju montirnya. Dia menatapku dengan sedikit keramahan dalam ekspresinya.

“Aku Handaka, kamu meneleponku tentang BMW 532i. Kamu mau melihatnya?”

“Baik,” dia mengangguk dan kami bersama-sama berjalan ke mobil.

Dia berjalan mengitari mobil, memeriksa kondisi luar. Kemudian, terengah-engah, dia memasukkan tubuhnya ke kursi pengemudi dan menyalakan mesin. Dia mendengarkan sejenak, mendengus tanpa emosi.

“Tidak begitu bagus”, kata Steben sesaat kemudian, dengan kepala di bawah kap, “Tidak sebaik yang kuduga.”

Lalu dia menghadapku. “Kau minta berapa?”

Aku memasang wajah hampa. “Oh, aku tidak tahu,” jawabku samar. “Berapa menurutmu?”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline