Lihat ke Halaman Asli

Ayah Farras

mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Idul Fitri Tonggak Refleksi Diri dari Kepompong Menjadi Kupu-kupu

Diperbarui: 30 April 2023   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pribadi

Hari Raya Iedul Fitri 2023 telah berlalu begitu cepatnya. Setelah sebulan lamanya berpuasa menahan lapar dan haus serta yang utamanya adalah menahan hawa nafsu.

Jika ditilik lebih jauh lagi, Idul Fitri adalah memaknai kefitrahan untuk kembali suci menyucikan diri kita sendiri. Ramadan adalah ruang sekolah bagiamana kita mendekatkan diri lebih dekat lagi kepada Allah SWT. Namun apakah kita sudah melakukan itu semua (pendekatan) sesungguhnya?

Usai Ramadan layaknya wisuda sekolah yang mana semua pesertanya akan alami kelulusan dan diwisuda, tapi layakkah kita lulus dan diwisuda? Kembali pertanyaan itu menunjuk ke kita yang menjalani itu semua.

Kita semua berharapnya lulus dan layak diwisuda, namun semua hal itu kita yang merasakannya. Idul Fitri hanyalah tonggak perayaan secara harfiah yang semua menjalaninya pasti merayakan.

Ritual Ramadan menempa dan menggembleng kita semua menjadi insan yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Evaluasi diri akan terlihat mulai Hari Raya dan kedepannya bagaimana kita bersikap kepada sesama, keluarga, orang lain, pekerjaan dan lain-lain. Hal tersebut adalah bagian lain dari penyikapan diri selain dari yang maha kuasa Allah SWT yang utama tentunya.

Ada yang dulunya pemarah kini menjadi penyabar, ada yang dulunya miliki sifat kelicikan kini menjadi arif. Setidaknya bisa juga sedikit mengurangi kebuasan diri atas pencapaian yang bablas tanpa rem alias dengan segala cara. Kontrol diri dan melepas hawa nafsu jadi bagian penting pencapaian di Idul Fitri. 

Refleksi Idul Fitri adalah kebaikan bagi semua yang menjalani. Semua sikap yang melebur dalam diri ketika menjalani Ramadan akan tertuang indah dan ber-mertamorfosa ke dalam sikap layaknya kupu-kupu bersayap indah setelah jalani proses dari seekor ulat.

Penyesalan dalam diri menjadi lebih baik ketika menyadarinya. Ya, tentu saja itu lebih baik dari pada tidak menyesali sama sekali apa yang telah menjadi keburukan namun tak merubahnya.

Bukanlah harta ataupun materi serta jabatan yang akan disandang hingga terpandang baik oleh orang lain. Perubahan diri yang sebaik-baiknya akan lebih terasa manfaatnya bagi diri sendiri yang utama dan juga orang lain di sekitar kita.

Sekolah sikap untuk diri yang berlangsung sebulan lamanya seharusnya memiliki efek baik yang dapat dirasakan oleh diri kita dan sekitar kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline