Lihat ke Halaman Asli

Rizky Purwantoro S

pegawai biasa

Hilangnya Kelas Pedagang Jawa & Menguatnya Kelas Bangsawannya pada Zaman VOC

Diperbarui: 5 Desember 2022   14:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jawa sebelum dijajah Belanda, memiliki kelas menengahnya sendiri, mereka adalah para pedagang yang diperkirakan aktivitas perdagangannya meluas sampai negeri-negeri seberang.

Keberadaan kelas menengah ini juga tidak lepas dari diseganinya armada laut Jawa di banyak perairan Nusantara. Sehingga jarang ada yang sampai berani mengganggu perdagangan Jawa dengan pihak luar.

Namun begitu armada laut Jawa dilemahkan secara paksa, yang pertama oleh Amangkurat 1 dan yang kedua oleh VOC. Amangkurat 1 pernah melarang kota-kota pesisir bekas musuhnya agar membatasi jumlah kapalnya, tidak beberapa lama kemudian VOC membuat larangan bagi kapal-kapal Jawa untuk berlayar terlalu jauh, selain itu VOC juga mengambil alih banyak kota pelabuhan di pesisir utara Jawa.

Karena sudah tidak ada lagi armada lautnya, berdampak kepada melemahnya para pedagang Jawa, karena mereka tidak bisa lagi berdagang ke tempat jauh dan juga tidak ada lagi yang dapat melindungi.

Kebijakan monopoli VOC, pelan-pelan semakin membunuh para pedagang Jawa. Selain itu VOC lebih suka bekerja sama dengan pedagang non-pribumi, seperti Tionghoa untuk mensuplai kebutuhan pokok masyarakat di Jawa.

Sebenarnya sebelum kedatangan VOC, pedagang luar seperti dari Tionghoa sudah lama berdagang ke Jawa. Meskipun begitu kegiatan dagang mereka dibatasi hanya pada wilayah tertentu oleh para penguasa Jawa, selain itu peran mereka hanya sebagai perantara dagang antara negeri Tionghoa dengan Jawa, tidak lebih dari itu.

Namun setelah ketiadaan pedagang Jawa, kegiatan dagang orang Tionghoa meluas hingga ke pedalaman, dan pedagang Tionghoa mula-mula sebagai perantara antara negeri Tionghoa dengan penduduk Jawa berubah menjadi perantara antara VOC dengan penduduk Jawa.

Jumlah komunitas Tionghoa pun bertambah drastis, karena Jan Pieterszoon Coen selaku Gubernur Jenderal masa itu pernah berujar bahwa dirinya mengharapkan orang Tionghoa dalam jumlah banyak untuk dijadikan warga Batavia, karena dianggap cocok untuk mengabdi ke VOC.

Akhirnya masyarakat Jawa yang tersisa tinggal para petani dan bangsawannya saja. Masyarakat Jawa bertransformasi dari peradaban kota yang maju menjadi peradaban desa yang agraris.

VOC dan pemerintah Belanda yang berkuasa setelahnya, kelihatannya lebih suka bekerja sama dengan bangsawan Jawa daripada berkuasa langsung. Tatanan feodalisme yang sudah ada tidak dihilangkan, justru semakin diperkuat, karena pemerintah kolonial dapat memanfaatkan para bangsawan dalam memeras rakyatnya sendiri.

Daripada menghancurkan hierarki yang sudah ada, karena biayanya akan jauh lebih besar jika mesti membangunnya lagi dari awal. Para bangsawan dijadikan saja wayang dengan dalangnya adalah Belanda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline