Lihat ke Halaman Asli

Avanti DM

bukan siapa tak punya apa

Humaku, Rumahku, Negaraku, Bangsaku

Diperbarui: 23 Mei 2020   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pandemik memaksa setiap orang berdiam di rumah. Bagi yang tak ingin dipaksa tetap saja kluyuran ke mall untuk selembar baju baru, sekaleng biskuit, sebotol sirup demi merayakan Hari Raya Idul Fitri. Tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Tapi juga sulit untuk dimaklumi, karena sejak sebelum puasa, kondisi darurat sudah diterapkan, bahkan larangan berkumpul juga digulirkan. Ah, entah deh, terserah!

Pusat perbelanjaan tak bisa disalahkan, tak ingin barang dagangan rusak. Namun, sungguh tak elok, menangguk keuntungan mempertaruhkan keselamatan orang banyak, bahkan pegawai sendiri gugur. Masing-masing elemen memang harus menahan diri, menyadari situasi dan kondisi berbahaya saat ini. Sayang, pemerintah sejak awal bencana diragukan banyak pihak mampu menangani pandemik, gagap dan cenderung apatis. Mengakibatkan petugas medis jungkir balik dan sekarang merasa sia-sia, dengan kebijakan mengijinkan beraktivitas bagi mereka di bawah 45 tahun. Lha, dikira, yang usia di bawah 45 tahun tidak serumah dengan yang berusia 45 tahun? Atau virusnya memilih korban usia 45 tahun? Atau usia 45 tahun tidak berinteraksi dengan yang di bawah 45 tahun? Ah, entah deh terserah!

Masyarakat mematuhi kalau aturan ditegakkan dengan tegas. Pemerintah mestinya mengukur diri, jika tak bisa dibilang tau diri kemampuan mengurus masalah segawat dan sedarurat pandemik. Toh yang meragukan pemerintah tidak hanya rakyatnya, seluruh dunia meragukan, pemerintah Indonesia mampu menangani masalah sebesar dan segawat sekarang. Terbukti dengan tumpang tindihnya perintah yang keluar. Kesadaran ketidakmampuan diri, mestinya diikuti dengan pemetaan dan pilihan kebijakan yang sanggup diterapkan dan dijalani. Ah entah deh, terserah!

Bagaimanapun, warga negara Indonesia akan selalu cinta Indonesia, meski berganti warga negara, kepulangan ke tanah air selalu menjadi impian. Rumah adalah tempat terindah dan ternyaman untuk pulang. Bau tanah basah ketika hujan, rumput liar sepanjang jalan, bahkan perkampungan kumuh pun jadi sesuatu yang dirindukan untuk dilihat. Sejauh dan selama apapun pergi, rumah akan selalu rumah, lengkap dengan segala problema di dalamnya. Ah Indonesia, terserah deh!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline