Lihat ke Halaman Asli

Atikah Rahmah

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Mengontrol Emosi pada Diri

Diperbarui: 24 Juni 2021   11:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sudah terlalu lama kita dihadapkan oleh keadaan pandemi seperti saat ini, yang mengharuskan kita untuk menahan diri dirumah saja. Mulai dari bekerja, sekolah, belanja harian dan aktivitas lainnya dilakukan secara online dan secara tidak langsung selalu dihadapkan oleh gadget yang dapat memberikan dampak negatif untuk mental pribadi kita. Yang tanpa sadar pun menjadikan suatu candu dan mengakibatkan emosi yang tak terkontrol.

Emosi sendiri merupakan tindakan atau respon dalam diri kita yang disebabkan dari berbagai keadaan yang dimunculkan dari diri sendiri maupun dari lingkungan sekitar. Hal ini pun sudah menjadi kelurahan bagi pribadi seseorang. Dan emosi pun ada berbagai jenisnya. Bukan hanya diartikan sebagai amarah, tapi dapat pula diartikan menjadi emosi ketakutan, emosi sedih maupun emosi bahagia.

Dengan seiring berjalannya waktu pun emosi yang kita rasakan dapat memberikan dampak positif kepada diri kita dalam menjalani hidup yang tak akan pernah bebas dari segala tindakan yang menimbukan rasa emosi. Dengan begitu kita pun dapat menyeimbangi diri dari segala permasalahan yang kita lalui sesuai pengalaman yang pernah kita rasakan terdahulu.

Bagaimana emosi terjadi?

Dan hal ini pun bertepatan pada masing-masing fungsi dari struktur-struktur sistem limbik sendiri. Antara lain seperti hipotalamus, hippocampus, amygdala dan korteks limbik. Dimana, amigdala merupakan kontrol utama dalam urusan emosional kita yang berlanjut mengirimkan rangsangan selanjutnya kepada struktur lainnya. 

Amigdala sendiri memiliki peran penting dan utama dalam emosi kita dan dia pula lah yang dapat mengelola emosi dengan baik dengan bantuan struktur sistem limbik lainnya, seperti hal nya dengan lobus frontal yang berperan untuk memberikan atau memproses respon yang diberikan dari amigdala dan dilanjutkan kepada Hipotalamus yang berperan memberikan respon dari amigdala "apa yang akan ia lakukan saat menerima informasi seperti ini? ". 

Lanjut ke Korteks prefrontal dimana disini dia akan mengelola informasi dan menilai apakah tindakan seperti ini baik atau buruk. Dengan begitu kita dapat menghasilkan respon perilaku dengan baik karena ada proses berjalannya tanggapan dari emosi kita tersebut.

Bagaimana cara meng-handlenya?

Seperti halnya, kita slalu diingatkan dengan kalimat "berfikir sebelum bertindak" karena kepribadian seseorang didominasi oleh ketidaksadaran. Oleh karena itu, takutnya kita merespon hal yang tidak seharusnya terjadi dan dikhawatirkan mengakibatkan permasalahan yang makin melebar saja. Dengan begitu beri jeda waktu otak kita untuk mempertimbangkan segala aksi kita. Walaupun memang, semua itu tidak selamanya berada dalam kontrol kesadaran diri kita.

Adapun dalam islam mengajarkan kita untuk dzikrullah (mengingat Allah), manakala saat kita sebagai hambanya merasakan kegelisahan, keraguan, kesulitan. Karna itu merupakan salah satu cara terampuh yang Rasulullah ajarkan kepada semua umatnya. 

Dengan begitu fikiran negatif kita sedikit demi sedikit dapat tergantikan dengan mindset positif dalam menindak lanjuti segala urusannya. Karena Allah pun tidak akan memberikan cobaan kepada hambanya melewati batas kemampuannya tersebut. Dengan begitu kita sebagai hambanya pun dapat merespon segala hawa nafsu kita dengan hal yang baik dan positif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline