Lihat ke Halaman Asli

Antara Seks dan Cinta

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1300766089790703638

Oleh : Atep Afia Hidayat -

"... Dosa-kah hamba mimpi berkasih dengan puan, ujung jarimu ku cium mesra tadi malam ..... ". Kalimat di atas merupakan sepenggal syair dari lagu jadul "Aryati". Si pencipta lagu seolah bertanya, apakah "dosa" jika bermimpi mencium jemari. Hanya sebatas jari dan dalam mimpi pula. Sudah wajar dan telah ditakdirkan bahwa terdapat kebutuhan prinsipil di antara lelaki dan perempuan, bahkan berlaku untuk jenis mahluk lainnya yang berpasangan. Dengan adanya kebutuhan prinsipil tersebut manusia tetap bertahan, tidak mengalami kepunahan seperti mahluk lainnya. Bahkan pertumbuhan populasi demikian pesat, sehingga untuk daerah tertentu tidak sebanding lagi dengan ruang dan sumberdaya yang ada. Kebutuhan prinsipil itu tak lain dari seks. Kebutuhan seks muncul dengan dimulainya ciri-ciri kedewasaan. Pada pria misalnya dengan berubahnya suara, tumbuhnya bulu, dan pertumbuhan beberapa organ tubuh. Pada wanita misalnya dengan dimulainya mensturasi dan pembesaran payudara. Seiring dengan bertambahnya usia maka kebutuhan prinsipil tersebut makin menguat, sampai kematangan secara biologis dan psikologis benar-benar tercapai. Jelas, kebutuhan prinsipil tersebut perlu penyaluran yang legal dan halal. Bahkan, sabda Nabi Muhammad SAW .. "Bukanlah dari golonganku mereka yang tidak kawin (nikah) ...".  Pernikahan mempersatukan sepasang manusia yang saling mencintai, sehingga terbentuk keluarga yang idealnya sakinah, ma waddah, wa rahmah. Bagaimanapun penyaluran seks itu ada aturannya, ada tatibnya, ada prosedur a-c-d-nya,  dan kalau dilanggar tentu saja ada sanksi dan dampaknya. Manusia adalah mahluk yang paling mulia, dalam penyaluran kebutuhan prinsipil tentu saja harus disertai dengan yang dinamakan "cinta". Cinta itu tak lain adalah perasaan tertarik dan ingin memiliki, serta mau berbuat apa saja karenanya. Lantas, apakah cinta itu manifestasi dari seks atau sebaliknya? Ketika sepasang kekasih saling tertarik apakah didominasi perasaan cinta atau sekedar apresiasi seks ? Seperti pada kalimat pembuka, yang dikutip dari syair lagu "Aryati" ketika seseorang jatuh cinta pada Aryati, hingga dia mimpi berkasih dan mencium ujung jemarinya dengan mesra. Apakah mencium jemari tersebut merupakan ekspresi cinta atau seks? Setelah sepasang manusia saling jatuh cinta, terkadang mengisi hari-hari dengan pacaran yang lebay. Kaidah cinta yang suci dan luhur pun terabaikan, yang ada hanya perilaku mencicipi seks. Lampu merah menyala di sini, bahaya besar mengancam. Bagaimanapun, "Jangan mendekati jina ..", sedangkan jina itu adalah manifestasi seks yang melanggar aturan, bahkan menyimpang dari nilai kemanusiaan. Jadi sampai sejauh mana yang namanya pacaran diperbolehkan ? Lantas mana batas-batas antara ekspresi cinta dan seks ? Tentu saja para ahli Cintalogi dan Sekslogi harus memikirkan dan menelitinya lebih lanjut. Dalam ajaran Islam sebenarnya begitu jelas batas-batas pergaulan antara lelaki dan perempuan. Bahkan, panduan untuk menjadi sepasang kekasih yang halal dan legal pun sudah tersedia lengkap. (Atep Afia). Sumber Gambar: http://anhso.net/data/36/luuvietquyet/500421/118831744963835.jpg




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline