Lihat ke Halaman Asli

Aten Dhey

Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Cinta dalam Hening

Diperbarui: 28 Juni 2020   20:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aten Dhey

Ada luka saat semuanya harus pergi. Meninggalkan bongkahan kenangan yang tak bisa disatukan kembali. Berharap semuanya berakhir indah dalam pelukan dan air mata. Ternyata ego lebih mendominasi. Mematahkan semua kata cinta yang selalu terucap. Meredupkan beribu cahaya rindu yang tersingkap di kala fajar mulai datang. 

Adakah suara itu datang dalam kesunyian yang tersembunyi di bilik hati kini. Masih dalam luka dan penyesalan yang sama. Kepergian dalam amarah yang membungkah ternyata mengutuk rindu yang selalu terhibur. Tidak seperti biasa kegelisahan ini terus memotong waktu dan hidupku di dunia ini. 

Ah, engkau yang terucap di malam doa. Adakah rindu yang sama membela pagi dan siangmu. Kini semua tersadar bahwa keheningan lebih bermakna dari bisingnya rasa curiga akan dirimu. Cinta yang terukir antara dua hati ternyata menyatu dalam keabadian. 

Kini aku tak ingin bersuara tentang apa dan siapa cinta ini bersemi. Aku hanya ingin mencintaimu dalam hening. Saat aku mampu melawan egoku sendiri semuanya kan kuakhiri. Hening bantu aku mencintai diri ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline