Lihat ke Halaman Asli

Aswin

Setiap waktu adalah kata

Destinasi Kebudayaan Alternatif

Diperbarui: 20 November 2021   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(foto: Buku Soekarno-Hatta, Persamaan Dan Perbedaannya)

Seperti halnya pada tangga nada yang berjumlah 7, maka bahasa pun memiliki 26 huruf didalamnya. Dan bermula dari huruf itulah, bahasa tercipta dan kebudayaan pun lahir kedalam kehidupan manusia. Kita manusia mengenal nama nama dalam kehidupan semesta dan kehidupan sehari-hari. "Everything has a name, " demikian ungkap seorang penyandang cacat ganda dan juga peraih hadiah Nobel, Hellen Keller.

Buku. Buku bukan hanya seonggok materi dan bisa lenyap keberadaanya, saat ia kita bakar. Bukan. Buku adalah juga mengandung jiwa, atau kehidupan didalamnya. Materinya bisa terbakar dan hilang. Namun ruh atau jiwanya, tetap mampu bersemayam dalam pikiran pikiran dan hati ummat manusia. Katakanlah: kita membakar kitab kitab suci. Materinya (kitab suci) terbakar dan hancur. Tetapi substansinya,  Tuhan Yesus (Nabi Isa, dalam ajaran Islam), Nabi Muhammad saw, tetaplah hidup dalam pikiran dan hati ummatnya didunia. Dan akan tetap hidup dan menjadi acuan hidupnya didalam berpikir, bersikap dan bertindak.

DESTINASI LITERASI 

Kita manusia secara umum terlanjur (mempersepsikan) menyamakan  kebudayaan dengan peradaban. Bahwa peradaban adalah kebudayaan. Dan kebudayaan itu ialah peradaban. Persepsi itu tidak dapat disalahkan.  Karena secara umum manusia didunia sudah terlanjur materialistik. Kuantitas materi menjadi rujukan hidupnya. Bahwa kesenangan itu hanya dapat diperoleh jika kita mampu mengumpulkan dan menguasai materi didalamnya. 

Dunia adalah kehidupan nyata dan abadi. Namun mereka (kaum materialis) dibuat bingung dan gagal memahami kehidupan didalamnya, saat mengetahui orang orang kaya saling memgancam, bertengkar, bahkan membunuh. 

Padahal mereka adalah orang-orang yang lebih dari cukup kemampuan materinya, jika dibandingkan dengan kehidupan orang orang yang tinggal di jalanan (tunawisma), pembantu rumahtangga, dan seterusnya, yang selalu bergairah dan menghadirkan senyuman dalam kehidupannya.

Tulisan (literasi) yang bersemayam pada lembaran lembaran kitab,  terdapat penghuni penghuni jiwa dan pengalaman yang panjang dan kekal didalamnya. Dan penulis ataupun pengarang, sesungguhnya ia sedang berkhidmat kedalam suatu ruang terbatas (materi kertas), yang sesungguhnya tidak terbatas, trans-personal, dan universal. Tulisan tulisannya merupakan suatu cerita yang ia alami, baik dalam bentuk indera, pikiran dan hatinya. 

Katakanlah: kita membaca tulisan atau buku karya Presiden Soekarno, dan wakil Presiden Mohammad Hatta, atau lainnya, maka kita dapat memahami bagaimana pergulatan pemikiran dan hati, serta tindakan mereka didalam masa perjuangan untuk memerdekakan negara dari penjajahan yang dilakukan oleh negara asing.

Soekarno-Hatta, Persamaan Dan Perbedaannya adalah suatu buku sejarah yang ditulis oleh seorang Tamrurasyid Tamar Djaya, atau lebih dikenal dengan nama Tamar Djaya. Pria kelahiran Sungai Jaring Bukittinggi, Sumatera barat, 12 Maret 1913 itu, adalah mantan pemimpin redaksi disejumlah media. Dan telah banyak  karya yang dihasilkannya. 

Antara lain : Roman roman pergaulan di zaman Belanda; Tuntutan Perkawinan Dan Rumah Tangga; Tanya Jawab Perkawinan; Rohana Kudus; Srikandi Wanita Indonesia; Pusaka Indonesia; Orang Indonesia; Sejarah Pergerakan Palilih Indonesia; dan banyak lagi yang lainnya. Tamar Djaya, adalah seorang yang sangat produktif didalam menulis dan berkarya semasa hidupnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline