Lihat ke Halaman Asli

Pesan Tak Tersampaikan...

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikala aku masih muda, biasa didengar : “Jo lali lho, welinganne gambir mbako”. ( Janganlah lupa, pesanannya gambir dan tembakau) Ucapan aselinya dari seorang suami/isteri kepada isteri/suami yang akan pergi kepasar, mengulang mengingatkan bahwa tadi sudah diminta untuk membelikan gambir dan tembakau. Maklumlah orang baheulak itu lelaki perempuan sama sama makan sirih, dan tembakau sebagai penghapus bibir dari ludah merah. Merokok dan makan sirih adalah kegemaran yang layak dan terhormat pada zamannya.

Pesan memang perlu diulang untuk diingatkan. Pesan yang dilupakan membuat kekecewaan. Apalagi pesan yang menyangkut hobby, kegemaran atau kesukaan, dan itu tak terpenuhi. Pesan tak tersampaikan seperti itu bisa terjadi dalam banyak bentuk. Misalnya Surat Cinta, pesanan untuk kencan, pesan penentuan pertemuan, pesan klarifikasi sesuatu menyangkut relasi atau hubungan persaudaraan dengan pihak ketiga.

Kita bisa membayangkan betapa kecewa bila anda sendiri menjadi orang yang diharapkan. Sudah lama dipesankan agar pada hari H bisa hadir. Boleh dibayangkan betapa arti dan makna kehadiran anda yang sudah lama sebelumnya dirancang dipesankan.

Penyampai pesan yang tak tersampaikan itu berdosa besar dalam dan bagi relasi komunikasi. Dosa besar bisa dimaafkan atau tidak bisa dimaafkan. Itu tergantung dari relasi, komunikasi, komunikantes, dan pesan itu sendiri.

Hidup kita ini Pesan dan Perutusan artinya : hidup ini berasal dan ditujukan kepada “Target”. Hidup ini membawa pesan menjadi pembawa pesan menjalankan perutusan dan menjadi pesan merupakan bawaan yang harus sampai ketujuan.

Betapa mulia dan bahagia bila pesan perutusan itu berhasil sukses. Hidup ini terbukti layak untuk “tersampaikan”, oleh pembawa dan sekaligus nilai pesan bawaan itu dapat terbukti “dihargai”.

Kita harus siap menjadi pembawa dan layak menjadi pesan tersampaikan. Janganlah kita menjadi Pesan Tak Tersampaikan,........itu bukan anda kan ?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline