Lihat ke Halaman Asli

Asikin Hidayat

Seorang guru di Majalengka.

Mari Membiasakan yang Benar, Bukan Membenarkan yang Biasa

Diperbarui: 21 September 2022   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bupati Majalengka (Foto Koleksi Pribadi)

Fenomena digitalisasi pendidikan dianggap sebagai bentuk rasa syukur, sebab keberadaan teknologi telah mempermudah berbagai pekerjaan, khususnya bagi guru dan peserta didik. Persoalannya, maukah guru meninggalkan kebiasaan lama dalam pembelajaran, kemudian mulai melakukan sesuatu yang baru?

Pendidikan harus bisa menjawab tantangan digital yang sedang berkembang dan terus berkembang saat ini. Maka, guru jangan stagnan, harus bisa merubah dari yang biasa menjadi tidak biasa. Karena stagnan dalam kebiasaan lama adalah perilaku membenarkan yang biasa. Tidak heran jika mutu pendidikan kita tetap rendah.

Sebaliknya, guru harus bisa membiasakan yang benar. Digitalisasi adalah benar, inovasii pendidikan adalah benar, kreativitas adalah benar. Untuk menguatkan hal itu, guru harus berani berubah, ambil langkah yang benar dan meninggalkan yang biasa.

Pernyataan di atas dikemukakan oleh Bupati Majalengka dalam pidato sambutannya pada Seminar Nasional bertajuk PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM MERDEKA yang diselenggarakan oleh PGRI Kabupaten Majalengka (Rabu, 21 September 2022) di Gedung Islamic Centre Majalengka. Seminar itu diikuti oleh 1200 peserta yang terdiri atas Guru ASN dari PAUD/RK, SD, dan SMP se Kabupaten Majalengka.

Sesi pertama dari tiga pemateri, diisi oleh Ketua PGRI Jawa Barat Drs. Dede Amar, M.Si. Pada kesempatan ini Dede Amar nenegaskan pentingnya pendidikan karakter sebagai hal utama yang harus dikedepankan. Karakter yang baik akan menjadi penyeimbang perkembangan teknologi informasi yang telah jauh merambah dunia pendidikan. Tanpa memiliki karakter yang kuat, maka sehabat apa pun digitalisasi, tidak akan berarti apa-apa.

Untuk menopang penguatan karakter, dalam hubungannya dengan digitalisasi pendidikan, ada hal-hal yang harus diingat oleh guru antara lain: (1) mengedepankan pendidikan akhlak, (2) laksanakan adab, dan (3) konsisten dalam kedisiplinan.

Transformasi tekonologi menimbulkan polemik yang bagaikan pisau bermata dua, artinya selain sisi positif, terdapat sisi destruktif yang menjadi masalah dalam dunia maya. Jika tidak jeli, sisi destruktif yang ditimbulkan oleh medsos akan sangat merusak. Maka untuk membentenginya, harus dikedepankan pendidikan akhlak. 

Akhlak dalam kehidupan manusia, dapat dijadikan sebagai panduan dalam memilih apa yang boleh diubah, dan apa yang harus dipertahankan. Intinya, dengan akhlak yang kuat, manusia bisa memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang baruruk, sesuai dengan ajaran Al-Qur'an dan Hadits.

Digitalisasi di dalam pendidikan juga harus disertai dengan dimilikinya adab. Adab adalah kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti. Jadilah pengguna internet yang adab, tidak kebablasan, tidak saling menghina di dalam medsos, tidak mengundang atau memamerkan aib, dan sebagainya. Berikan peserta didik pemahaman yang baik tentang media sosial, dan pahamkan mereka bagaimana menggunakan dengan adab yang penuh.

Selain itu, kedisiplinan diri menjadi faktor lainnya dalam pengembangan digitalisasi pembelajaran. Jika guru tidak disiplin, antara lain menggunakan media digital dengan konsisten, selalu menyiapkan rencana pembelajaran dengan matang, maka semua akan dilalui dengan baik pula.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline