Lihat ke Halaman Asli

Ashri Riswandi Djamil

Belajar, belajar, dan belajar

Berhenti Merokok Dimulai dari Mindset

Diperbarui: 8 Oktober 2021   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kata siapa? Kata saya yang pernah merokok, berhenti sekian tahun kemudian relaps, dan berhenti lagi entah sampai kapan. Ini pengalaman pribadi saya. Mungkin ada yang seperti saya tapi saya meragukan itu. Atau memang belum pernah ketemu saja dengan orang itu.

Perkara berhenti merokok ini memang bukan hal yang mudah dilakukan. Lebih mudah menegur, memarahi, dan menyuruh berhenti merokok. Dan yang melakukan itu orang non perokok, bukan hanya non perokok, tapi yang belum pernah merokok sama sekali. 

Saya pribadi masih bisa menerima jika yang menegur untuk berhenti merokok itu mantan perokok. Lebih logis aja karena dia pernah berada di posisi itu (perokok).

Nah untuk orang yang tidak pernah sama sekali merokok meminta orang lain untuk tidak merokok. Tidak salah juga. Cuma perlu diketahui bahwa berhenti merokok itu memang tidak mudah. Perlu proses yang panjang dan waktu yang akan membuktikan itu semua. Tanya sama mantan perokok butuh berapa lama mereka bisa berhenti. Tidak sebentar. 

Yang perlu dipahami oleh orang non perokok terhadap perokok aktif ini adalah: pahami dulu, baca situasi dan kondisi. Jika menegur untuk tidak merokok di lingkungan kerja. Ini sangat wajar dan bebas saja. Silahkan ditegur keras sekalipun tidak masalah. Karena itu aturan. 

Seperti halnya ruang untuk merokok di tempat-tempat umum yang khusus disediakan untuk para perokok. Beda konteks dilarang merokok dan bermenti merokok.

Saya hanya menyoroti hal yang berkaitan bagaimana untuk berhenti merokok. Ok ini menurut pengalaman saya dan bisa juga di terapkan oleh rekan rokers diluar sana. Awali dengan mindset. Tapi tidak juga. 

Saya memutuskan untuk berhenti merokok awalnya setelah didiagnosis terkena TB paru atau Tuberkulosis. Sampai-sampai batuk mengeluarkan lendir bercampur darah. Itupun tidak langsung berhenti. 

Sorenya setelah rontgen saya tetap merokok. Tidak ada yang mengganggu di dada atau tenggorokan. Begitu nikmatnya apalagi ada mentholnya. Sungguh nikmat. Yang membuat saya hampir tidak jadi memutuskan untuk berhenti merokok adalah: justru dokternya bilang secara jelas dan lugas untuk tidak merokok dulu sementara waktu. Kurang bijak bagaimana lagi dokter ini. Bahkan dia tidak serta merta melarang atau menyuruh saya untuk berhenti merokok saat itu.

Saya bilang "oke dok". Lalu saya pulang dan dalam perjalanan aku mampir di warung dan membeli sebungkus rokok menthol favorit. Tanpa banyak berpikir. Bahkan tidak berpikir sama sekali. 

Padahal berat badan turun drastis tanpa saya sadari. Dan kondisi kekebalan tubuh sedang menurun. Sangat drastis sepanjang hidup ini. Pucat tapi saya masih menganggap hanya sakit batuk biasa. Karena awalnya batuk yang tidak berhenti selama sebulan sampai suatu saat saya batuk ada darahnya. Barulah periksa ke klinik terdekat lalu ke rumah sakit untuk memastikan, cek darah dan dahak. Hasilnya positif TB Paru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline