Lihat ke Halaman Asli

Rohmadi

Profesi sebagai Guru dan Pustakawan di Ma'had Bustanul Quran Assuryaniyah Bekasi

Tulislah, Agar Jadi Pelaku Sejarah Peradaban

Diperbarui: 6 Februari 2024   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala." (Sayyid Qutb).

       Manusia punya peranan penting dalam sejarah. Manusia bisa hidup bermakna, tinggal memilih mau berperan sebagai penonton, pengamat atau sebagai pelaku dalam sejarah? Padahal, sejarah adalah milik manusia. Setiap gagasan, peristiwa, fakta dan semua perasaan yang kita lihat, berarti kita selalu merubah alam pikiran menjadi format tulisan. Hal ini  terbukti sebuah karya tulis, untuk sepanjang masa. Memang ucapan ini untuk menjadi bersejarah dalam kancah zaman.

       Sejarah tidak hanya mencatat peristiwa besar dan tokoh terkenal semata, tetapi juga menciptakan ruang bagi setiap individu untuk menjadi pelaku sejarah. Setiap tindakan, keputusan, dan kontribusi memiliki potensi untuk memberikan dampak yang signifikan pada arus waktu. Dalam mengejar kehidupan yang bermakna, penting bagi kita untuk memahami peran kita sebagai pelaku sejarah. Tulis-lah agar menjadi pelaku sejarah bukan hanya panggilan, tetapi juga tindakan nyata yang membentuk dan meninggalkan jejak berharga di lembaran sejarah masa depan.

       Apakah menulis itu penting? Melihat masa lalu dalam sejarah, kita bisa mengambil sebuah pelajaran hidup yang luar biasa. Masa lalu adalah bahasa tulisan yang tidak akan habis, sepanjang masa. Ini merupakan manfaat dalam menulis.

      Berkaitan manfaat dalam menulis, saya ingat Imam Ali bin Thalib r.a. berkata: "Ikatlah ilmu dengan menuliskannya." Bahkan Ustadz Ismail Yusanto, termasuk Cendekiawan Muslim secara lengkap menyampaikan pesan dari Imam Ali, beliau berkata: "Ikatlah ilmu dengan tulisan agar tidak menguap di telan zaman. Ilmu itu buruan dan tulisan itu pengukatnya, maka ikat buruan itu dengan tali yang kuat.

      Selain itu, pentingnya menulis sesuai dengan ajaran Islam. Ternyata, menulis bisa termasuk sebagai upaya untuk melestarikan ilmu. Hal ini, Imam Syafi'i pernah bertutur: "Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat, termasuk kebodohan kalau engkau berburu kijang, setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja." (Diwan Asy-Syafi'i).

      Bahkan, menulis itu ajaib. Dengan menulis pasti akan melejitkan potensi dirinya. Hal ini ternyata memberi semangat untuk menuliskan setiap yang kita rasa, pikirkan, lihat dan dengarkan. Dengan "buka mata" masa lalu dalam perjalanan masa, atau sering dalam pembicaraan mengenai Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), seorang muslim berbeda dengan non muslim. Sebab, bagi seorang muslim selalu merasa untuk bertanggung jawab terhadap apa yang ia tulis. Sebagaimana dalam sebuah syair yang indah,

           "Penulis itu seolah memukulkan pedang

            Tulisannya abadi sepanjang zaman

            Tulis-lah hanya sesuatu

            Yang membuatmu senang di Hari Kiamat."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline