Lihat ke Halaman Asli

Tidit...Tidit... Part 1

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Tidit… tidit..”

Bunyi ponsel Luna terdengar menggema di udara.
Ponsel itu ia letakkan di atas sebuah meja belajar di kamarnya. Ponselnya beberapa kali berdering mengeluarkan nada yang sama. Namun, Luna tidak meresponnya. Ya, Luna masih terlelap. Tampak kelesuan di wajahnya. Kantung matanya yang masih hitam, menunjukkan betapa larutnya ia tidur tadi malam. Buku nya masih berserakan di atas meja yang ia tiduri. Tanpa selimut, tanpa bantal. Namun, ia tampak nyaman dengan semua itu.

2 jam berlalu, Luna masih tertidur pulas. Tiba-tiba tangan kiri Luna menggeser ponselnya. Dan—

“Bruak!”

Ponselnya jatuh dan berserakan di lantai. Bagai tersambar petir, Luna langsung terbangun.

“Astagfirullah!” Kalimat itu refleks keluar dari bibir wanitu berusia 24 tahun itu.
Tampak wajahnya yang masih kusut, malah semakin kusut melihat ponselnya. Ia segera menyatukan komponen ponselnya dan menjadikan satu kembali. Dengan lihainya, ia sudah selesai mengotak-atik ponselnya itu. Ia begitu lihai, karena ia sudah sering menjatuhkan ponselnya sewaktu masih duduk di bangku sekolah. Ceroboh. Itu lah yang sering ia dengar dari teman temannya dulu.

Kini ia bukanlah menjadi sosok yang dulu. Ia kini telah bermetamorfosis. Baik luar maupun dalam tampak begitu anggun. Layaknya kupu-kupu, ia banyak disenangi oleh teman teman di kampusnya. Penampilannya yang begitu sempurna dalam berhijab, menjadikan ia banyak di buru oleh para ustadz, dan pemuda di daerahnya. Namun, Ia menolak semuanya. Bahkan artis pun ada juga yang hendak meminangnya, namun ia tolak.

Penolakannya itu bukan tak beralasan. Menurut teman-temannya, ia masih belum minat untuk itu. Ada juga yang mengatakan kalau ia merasa tidak tertarik pada lelaki di daerahnya itu, karena ia jarang sekali berinteraksi dengan lawan jenisnya. Paling paling hanya pada rektornya, atau pada orang orang tertentu dengan kepentingan tersendiri yang menyangkut kuliahnya. Karena prilakunya itu, ia dijuluki sebagai Tytania ‘s Flower.

Tak lama setelah ia menghidupkan ponselnya, tampak 2 pesan belum terbaca. Kedua pesan itu dari pengirim yang sama, Flynn. Sosok pemuda yang sudah lama ia kagumi. Bagi Luna, Mungkin lebih dari perasaan kagum maupun respect. Tapi lebih kepada perasaan yang begitu dalam dan pekat dan hanya diketahui dan dimengerti oleh Luna. Karena bila ia menerima pesan dari pemuda itu, pasti selalu ia akan tersenyum bahagia. Terkadang ia suka ketawa sendiri bila menerima pesan tersebut. Walau sedang gundah dan galau menerpa pelabuhan hati Luna, Selalu saja sms dari nya mampu membalikkan suasana hati Luna.

“tit… tit..” Bunyi ponsel Luna terdengar. Ia sedang membuka pesan tersebut.

Loading… Teng Nong!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline