Lihat ke Halaman Asli

aryavamsa frengky

A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Atasan Bergaya Pemimpin dan Bos, Apa Bedanya?

Diperbarui: 1 November 2023   17:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi atasan dengan karyawan di kantor.(preefoto/ Freepik)

Sebagai pekerja kita sering berhadapan dengan atasan yang beragam kepribadian dan juga memiliki beragam pendekatan yang perlu kita pelajari lebih awal agar kita dapat menyesuaikan kehadiran mereka. 

Ingat, kita yang menyesuaikan diri terhadap atasan kita bukan mereka yang menyesuaikan diri mereka dengan kita sebagai bawahannya.

Untuk lebih sederhana mari kita bagi dua jenis atasan yang ada saat ini, yaitu atasan bergaya sebagai bos dan atasan yang bergaya pemimpin.

Atasan yang bergaya sebagai bos tentu kita mudah memahaminya. Ia mudah sekali untuk marah seenakanya, dan senang seenaknya. 

Atasan bergaya bos tidak memikirkan dampak panjang atas reaksi emosinya yang tersulut kemarahan dan langsung mendamprak alias mencetuskan kemarahannya langsung ke bawahannya. Mereka tidak peduli lagi tata krama, nilai-nilai luhur organisasi yang mereka pimpin.

Atasan bergaya bos sulit dan bahkan tidak mau memuji bawahannya secara langsung. Pamali bagi mereka untuk memuji bawahannya apalagi memujinya di hadapan orang banyak. Atasan ini senang dipuji oleh bawahannya, sehingga model bawahan berwatak 'penjilat' lebih langgeng dengan atasan seperti ini. Jika pun bukan 'penjilat' namun penurut pun bisa langgeng dengan atasan model ini.

Atasan bergaya bos memiliki 2 pasal utama dalam menjalankan komandonya. Pasal 1 berbunyi "Bos tidak pernah salah", dan pasal 2 berbunyi "Jika Bos salah lihat pasal 1". Kedua pasal inilah yang sering dipakai oleh atasan bergaya bos. Bos tidak pernah salah dan selalu benar. Kesalahan hanya ada pada bawahannya, dan jangan pernah menyebutkan kesalahannya sang bos, jika kesalahannya disebutkan maka siap-siaplah angkat kaki.

Selanjutnya, atasan model ini pemimpin lebih cenderung menggunakan pendekatan emosional sesaat, mereka sulit membuat planning jangka panjang. Isi dalam perencanaan mereka adalah lakukan sekarang yang terpikir atau terbelesit saat ini saja. 

Mereka seperti petugas ambulance yang bekerja dalam kondisi darurat. Jika pesaingnya melakukan A maka bos akan berupaya bersaing dengan cara melakukan A plus tanpa memikirkan lebih panjang terkait kemampuan dan dampak yang terjadi jika ikut-ikutan melakukan A.

Model atasan ini pun senang sekali mempertahankan diri mereka layaknya mereka berkata,"I am the best", jadi jika diberi masukan atau saran atasan ini langsung berpikir untuk menolak tanpa harus mendengarkan saran itu selesai disampaikan. Kalimat yang sering digunakan untuk  menjawab sebuah saran adalah "Pokoknya gini!", "Ini sudah baik kok!", "Tidak perlu yang aneh-aneh, gini aja udah oke!".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline