Lihat ke Halaman Asli

Tujuh Belas Agustus, Apa Kabar Indonesia?

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dirgahayu RI ( foto: http://4.bp.blogspot.com/-H6LvLJ1iIIw/Ub9eNN1pluI/AAAAAAAAHO0/eUqOprsrI94/s400/Spanduk+HUT+RI+ke+68.JPG)

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="dirgahayu RI ( foto: http://4.bp.blogspot.com/-H6LvLJ1iIIw/Ub9eNN1pluI/AAAAAAAAHO0/eUqOprsrI94/s400/Spanduk+HUT+RI+ke+68.JPG)"][/caption] "Tujuh belas Agustus tahun empat lima, itulah hari kemerdekaan kita.." itulah penggalan lagu wajib nasional yang sudah akrab di telinga kita. Waktu bergulir tanpa kenal lelah, tidak terasa perjalanan bangsa ini telah menginjak usia yang boleh dikata cukup tua, yaitu 68 tahun. Jika diibaratkan manusia, usia 68 tentunya sudah kakek-kakek atau nenek-nenek. Menjadi pertanyaan yang menggelitik, apakah usia Tanah Air kita yang ke-68 ini menunjukkan kalau bangsa ini semakin dewasa atau melemah seiring dengan usia ? Sebagai seseorang yang lahir di era 1990-an, tentunya kegiatan panjat pinang, bakiak, dan makan kerupuk menjadi hal yang begitu akrab setiap kali memasuki bulan Perjuangan, Agustus. Ingat betul sekitar tahun 2000-an, setiap kali menjelang bulan Agustus, segenap warga di gang-gang sempit bergotong royong memasang bendera plastik di sepanjang langit-langit gang. Pohon pisang ditebang, dibersihkan, untuk kemudian dijadikan tiang panjat pinang. Ada juga yang menggunakan bambu sebagai tiang panjat pinang, tentunya kesulitan menjadi tinggi sebab bambu lebih tinggi daripada batang pisang. Kebetulan saya berkediaman di wilayah padat penduduk sehingga atmosfer tujuh belas Agustus terasa kental. Tetapi tahun berganti tahun rasanya kekentalan atmosfer 17-an semakin meluntur. Entah ini perasaan saya saja atau ada juga orang lain yang sepemikiran dengan saya. Tahun 2009 ketika saya duduk di kelas X SMA di sebuah sekolah swasta, adalah kali terakhir saya mengikuti upacara memperingati 17 Agustus. Di tahun berikutnya kegiatan upacara setiap 17 Agustus ditiadakan. Sekolah diliburkan dan saya hanya melihat upacara dari televisi. Kegiatan perayaan Agustusan hanya sekedar lomba-lomba yang digelar entah untuk menanamkan nasionalisme atau sekedar having fun. Corak memperingati kemerdekaan RI dari tahun ke tahun memiliki perbedaan. Beberapa tahun lalu sebelum smartphone dan sosial media merambah masyarakat, kegiatan agustusan banyak diperingati di lapangan. Di pinggiran jalan, lahan kosong, komplek perumahan semua disulap menjadi arena perlombaan antar warga. Tetapi kini, (rasanya) agak jarang melihat hal yang seperti itu. Entah karena beberapa tahun ini tanggal 17 Agustus letaknya berdekatan dengan bulan Ramadhan, atau karena hal lain. Fenomena baru yang muncul adalah meluapnya nasionalisme lewat broadcast bbm, facebook, dan juga twitter. Nah, apakah nasionalisme yang diutarakan hanya sebatas  status-facebook yang segera lalu, atau sebatas broadcast bbm yang tak pernah dibaca pesannya. Bagaimanakah nasib 17 Agustus 2013 kini ? Apakah tenggelam dalam hangatnya suasana mudik dan idul fitri ? Atau mengambang dalam sikap acuh tak acuh masyarakat kita ?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline