Lihat ke Halaman Asli

One Day (One Night) Trip ke Geopark Ciletuh

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14239835301246719030

[caption id="attachment_369052" align="alignnone" width="648" caption="Basecamp Ciletuh di Desa Taman Jaya (Dok. Yani)"][/caption]

[caption id="attachment_369053" align="alignnone" width="432" caption="Pengelola Geopark Ciletuh (Dok. Yani)"]

14239836102006959165

[/caption]

Sungguh mencari tempat yang indah tidak perlu jauh-jauh. Hanya dengan menempuh perjalanan beberapa jam dari lokasi tempat tinggalku di Bogor (kalau gak macet ya hehe), terbentang sebuah mahakarya sang pencipta dengan pemandangan bak lukisan alam raksasa. Mulai dari pegunungan, sawah, sungai, air terjun (curug), batuan dan laut ada di sini. Semua tersaji lengkap dalam sebuah kawasan yang disebut Geopark Ciletuh. Tempat ini memang belum sepopuler Ujung Genteng ataupun Pelabuhan Ratu, dan jalan menuju ke sini memang boleh dibilang masih jelek. Jadi wajar jika banyak yang belum tahu keindahan tempat ini.

Seperti apa sih Geopark Ciletuh itu? Menurut penelitian ahli geologi, ciletuh ini termasuk salah satu kawasan dengan batuan tertua di Pulau Jawa. Dan katanya tempat ini dahulunya adalah laut. Yang saya lihat dari foto-foto di beberapa blog, bentang alam di Teluk Ciletuh ini memang unik yaitu menyerupai amfiteater raksasa dengan bentuk seperti tapal kuda yang menghadap ke Samudera Hindia. Nah lho...makin penasaran deh. Kalau belum pernah ke sini pasti gak bakalan kebayang.

Saya sendiri sudah mendengar nama itu sekitar 2 tahunan yang lalu. Namun baru dua minggu yang lalu (30/1/14) kesampaian ke tempat ini. Karena ini one day (one night) trip, perjalanan harus dimulai sepagi mungkin untuk mengejar waktu ke beberapa lokasi. Beruntungnya, rombongan peserta trip kali ini sudah stand by di Terminal Sukabumi semenjak tengah malam. Sekitar jam 2 dini hari, saya dan rombongan langsung dijemput sopir dengan mobil off road landy alias land rover (4x4) milik pengelola tempat wisata.

Akhirnya melajulah si landy yang kami tumpangi menembus kegelapan malam. Rute yang kami lewati via Cibadak, menuju arah Pelabuhan Ratu, lalu berbelok ke arah Simpenan, sampai ke Desa Taman Jaya, Kecamatan Ciemas. Meskipun saya duduk di depan, tapi karena suasana di sekeliling gelap jadi tidak terlalu mengenali jalan dan nama-nama daerah yang dilewati. Tetapi kira-kira rute di awal perjalanan sampai ke daerah perkebunan teh milik PTPN sama seperti waktu ke Ujung Genteng. Rute jalan berkelok-kelok dengan kondisi jalan awalnya mulus, tetapi lama kelamaan banyak yang rusak, hingga saya yang awalnya mengantuk pun jadi terjaga. Akhirnya saya menemani ngobrol si sopir yang mengemudikan mobil tepat di samping saya. Menurut keterangan sopir, wisata di Geopark Ciletuh ini dikelola oleh PAPSI (Paguyuban Alam Pakidulan Sukabumi) di bawah binaan PT Biofarma dan Pemda Kabupaten Sukabumi. Rupanya kawasan ini tengah dikembangkan untuk menjadi daya tarik pariwisata di Sukabumi.

Mobil terus melaju melewati perkebunan teh, karet, buah naga dan nanas. Andaikan hari terang, mungkin ini menjadi pemandangan yang sangat memanjakan mata. Sekitar jam 5-an, kami berhenti sebentar di mushola untuk sholat subuh. Hari beranjak terang, perjalanan kembali dilanjutkan. Tak berapa lama kami sampai di gerbang bertuliskan “Geopark Ciletuh”. Pagi itu kami sempat mampir sebentar di Basecamp Ciletuh di Desa Taman Jaya untuk beristirahat. Tempat yang dijadikan basecamp ini berupa rumah warga. Ternyata di sana banyak sekali dipajang poster berisi tulisan dan foto-foto mengenai Ciletuh, dan semuanya bagus-bagus. Wah jadi gak sabar pingin segera ke lokasi.

Idealnya, mengunjungi geopark ini butuh waktu 3-4 hari. Tapi seandainya hanya punya waktu terbatas, kita sudah bisa mengunjungi beberapa lokasi yang bisa dijangkau dalam waktu satu hari, seperti Panenjoan, Curug Awang, Curug Sodong, Pantai Palangpang, Curug Cimarinjung dan Puncak Darma. Tidak ingin berlama-lama lagi, kami segera berangkat menuju lokasi pertama yaitu Panenjoan. Tempat ini paling dekat dengan gerbang Geopark. Panenjoan sendiri menurut si sopir artinya tempat melihat. Karena letaknya di atas bukit, dari pinggir jalan saja kita sudah bisa melihat pemandangan di bawah. Luar biasa indahnya. Ada lembah hijau (yang katanya zaman dahulunya adalah laut) dengan petak-petak sawah yang rapi berpadu dengan rumah-rumah layaknya mainan. Di kejauhan ada Samudera Hindia. Semua dibatasi tebing-tebing yang masih banyak ditumbuhi pepohonan hijau dengan bentuk agak melengkung yang menghadap ke laut. Kalau diperhatikan benar-benar, di dinding-dinding tebing di kejauhan, ada garis berwarna putih, nampaknya itu curug. Waktu itu sedang mendung, kabut tipis menyentuh puncak-puncak bukit dari kejauhan. Tapi tetap saja indah. Semua bisa kita saksikan dalam satu sapuan pandangan mata. Masya Allah indahnya, saya hanya bisa berdecak kaguk. Betah rasanya berlama-lama di tempat ini.

[caption id="attachment_369054" align="alignnone" width="648" caption="Di Panenjoan (Dok. Yani)"]

14239837451723020965

[/caption]

[caption id="attachment_369055" align="alignnone" width="648" caption="Pemandangan dari Panenjoan di sisi lainnya (Dok. Yani)"]

1423983801762492694

[/caption]

[caption id="attachment_369056" align="alignnone" width="648" caption="Pemandangan petak sawah dan rumah dari atas bukit (Dok. Yani)"]

14239839381537250092

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline