Lihat ke Halaman Asli

Ai Resti Sriwantini Utami

penulis, pendidik

Peluang Usaha Briket Kian Meroket

Diperbarui: 22 Juli 2022   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

               Briket arang batok kelapa siap dikemas                   sumber: dokumentasi pribadi 

Sejak adanya kenaikan harga gas elpiji dan Bahan Bakar Minyak (BBM) belakangan ini, membuat masyarakat berpikir untuk mencari energi alternatif. Hal tersebut terjadi pula pada para pelaku usaha yang tak lepas dari penggunaan kebutuhan bahan bakar. Seiring dengan kenaikan harga gas dan BBM, harga kebutuhan pokok dan rempah-rempah pun turut merangkak naik. 

Tak ayal, pengeluaran anggaran rumah tangga dan produksi semakin meningkat.

Energi alternatif yang mampu menekan biaya produksi dan biaya rumah tangga tentu sangat dibutuhkan saat ini. Masyarakat pun akhirnya menemukan salah satu energi yang lebih murah dan cukup tahan lama, serta ramah lingkungan. Pilihan masyarakat ini adalah briket arang tempurung kelapa.

Briket arang tempurung kelapa merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari bahan baku tempurung (batok) kelapa dengan sedikit campuran tepung tapioka. Briket tempurung kelapa banyak digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil.

Keunggulan briket arang tempurung kelapa adalah dari aromanya yang khas. Wangi khas batok kelapa yang dihasilkan saat proses pembakaran mampu mempengaruhi cita rasa masakan. Selain itu, daya tahan suhu panasnya lebih lama daripada briket kayu yang lebih cepat habis. Briket pun  tidak menimbulkan banyak asap dan abu yang dapat mengganggu kesehatan.

Seorang perajin briket di daerah Garut selatan, tepatnya di Desa Jatimulya Kecamatan Pameungpeuk, Muhadir Muhammad, menjelaskan proses pembuatan briket secara manual yang beberapa bulan ini dia geluti. Proses pembuatan briket arang tempurung kelapa tidak begitu rumit.

Tempurung kelapa yang telah melalui proses penjemuran dimasukan ke dalam sebuah tong besar. Setelah melalui proses pembakaran hingga menjadi arang, maka tutup rapat tong tersebut agar tak masuk udara. Setelah dipastikan dingin, arang batok kelapa digiling dengan campuran tepung tapioka yang telah dipanaskan ditambah sedikit air agar mudah diaduk. Setelah diaduk rata, biasanya Muhadir mencetak campuran bahan briket dengan menggunakan cetakan manual besi holo.

Wilayah Pantai Selatan yang kaya akan tanaman pohon kelapa, membuat Muhadir lebih mudah mendapatkan bahan baku briket tempurung kelapa. Dia mendapatkan bahan baku dari para perajin kopra yang menjual limbah tempurung kelapa dengan harga seribu rupiah per kilogramnya.

Peluang usaha briket arang tempurung kelapa ini semakin dilirik para pelaku usaha kecil dan menengah. Untuk saat ini, pemasaran tertinggi memang masih dilakukan untuk memasok kebutuhan bahan bakar alternatif pada usaha bidang kuliner, seperti restoran. 

Disamping itu, briket pun saat ini semakin diminati masyarakat untuk kebutuhan bahan bakar alternatif rumah tangga. Harga briket pun cukup terjangkau, secara umum harga ecer bagi konsumen berada dikisaran sepuluh ribu rupiah per kilogram.

Muhadir berharap usaha barunya ini semakin berkembang dengan baik. Peluang usaha pengolahan briket ini tidak sekadar mencari keuntungan semata. Namun lebih dari itu, nilai positif lainnya untuk memanfaatkan sumber daya alam terbarukan, pertanian pohon kelapa serta menjaga kelestarian lingkungan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline