Lihat ke Halaman Asli

Herdian Armandhani

Pemuda yang Ingin Membangun Indonesia Melalui Jejaring Komunitas

Budaya Merayakan Halloween: Sudah Sesuaikah dengan Pancasila?

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hampir sebagian besar Negara-negara di Benua Amerika dan Eropa ketika tanggal 31 Oktober di malam hari merayakan sebuah perayaan yang disebut Halloween. Perayaan Halloween dirayakan dengan cara menggunakan topeng-topeng berwajah seram. Sedangkan para anak kecil di Negara barat merayakan perayaan Halloween dengan meminta permen ke rumah-rumah kerabat dan tetangga mereka sambil berujar permen atau tipuan. Di setiap rumah juga dipasang hiasan wajah monster yang terbuat dari labu kuning berukuran besar. Di Indonesia perayaan Halloween dibawa oleh para ekspatriat yang berasal dari mancanegara dan bermukim sementara atau berpindah kewarganegaraan menjadi warga Negara Indonesia. Perayaan hari Halloween saat ini banyak diadopsi oleh beberapa pengelola hiburan malam dengan membuat acara pesta kostum Halloween, mendatangkan artis dan pemain band. Ada juga industry hiburan malam yang mengadakan acara sexy dancer sambil ditemani minuman berakohol semalam suntuk. Kegiatan Halloween yang mengundang wanita-wanita bertubuh sexy sambil bergoyang erotis cukup banyak diminati anak muda kita.

Sebenarnya budaya-budaya dari luar ini banyak yang tidak sesuai dengan kultur budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Budaya Halloween kebanyakan marah menjurus ke kegiatan menghambur-hamburkan uang, ajang mengumbar nafsu, hingga mengonsumsi alcohol hingga teler. Ada baiknya kegiatan Halloween yang berasal dari budaya barat digunakan sebagai ajang charity penggalian dana seperti untuk sumbangan ke Gunung Sinabung. Jauh lebih bermanfaat uang yang kita miliki membantu saudara-saudara kita yang saat ini terkena musibah dan membutuhkan uluran tangan kita. Tidak semua budaya barat yang masuk ke Negara Indonesia bisa kita serap. Pemuda Indonesia harus pintar-pintar memilahsesuatu yang bermanfaat ataupun tidak. Modernisasi dan globalisasi jadikan sebuah hal yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa Indonesia bukan malah sebaliknya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline