Lihat ke Halaman Asli

Yang Boleh dan Tidak untuk Kita Tiru dari Kultur Sepak Bola Eropa

Diperbarui: 24 Mei 2019   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penggemar Millwall di atas lapangan pada akhir pertandingan final 2017. [thetelegraphandargus.co.uk - PA]

Sepak bola didasari budaya komunal yang mengakar kuat di tiap masyarakat yang gila bola. Ada banyak hal menarik yang bisa dikupas dari budaya tiap masyarakat tersebut yang tentunya memilki keunikan masing-masing. 

Budaya tersebut mudah menular, apalagi kalau bukan karena sepak bola adalah budaya global. Dari yang terlihat secara kasatmata seperti gaya berpakaian suporter, yang terdengar telinga seperti chants suporter ketika timnya berlaga, maupun hal-hal prinsipil seperti filosofi mendukung sebuah tim sepak bola mudah menular dari budaya sepak bola tertentu dan diikuti oleh budaya lainnya termasuk oleh masyarakat pecinta sepak bola di Indonesia.

Sepak bola di Indonesia sendiri berkembang pesat dengan budayanya yang tentu memiliki keunikan tersendiri. Menurut Anthony Sutton, seorang ekspatriat asal Inggris pemerhati sepak bola Indonesia yang telah menulis buku " Sepakbola: The Indonesian Way of Life ", Budaya sepak bola Indonesia adalah yang terbaik di Asia Tenggara. 

Dengan segala kelebihan maupun kekurangannya, budaya sepak bola Indonesia sendiri sedikit banyak dipengaruhi oleh budaya sepak bola Eropa. Sebagai kiblat dunia sepak bola, benua biru selalu memiliki daya pikat bagi budaya sepak bola kita. 

Akan sangat menarik jika kita mengupas budaya sepak bola eropa dan membahasnya melalui masing-masing budaya negara eropa yang dikenal sebagai negara sepak bola.

Inggris sebagai negara sepak bola tertua dimana kompetisi sepak bola dan klub sepak bola tertua berasal punya budaya sepak bola yang kuat yang juga dipengaruhi hal-hal lain seperti musik, fashion dan preferensi politik. Layaknya subculture yang lebih dulu ada seperti mods dan skinhead, di Inggris ada fenomena sosial yaitu casual, sebuah subculture suporter sepak bola yang mudah dikenali lewat fashion mereka. 

Subculture ini berawal pada akhir 1970-an ketika banyak suporter mulai memakai pakaian label desainer yang modis dan mahal untuk menghindari perhatian polisi. Mereka tidak memakai pakaian dengan identitas klub, sehingga lebih mudah untuk menyusup kelompok saingan dan untuk masuk ke pub.

Budaya suporter di Italia juga memiliki kesamaan dengan Inggris dari segi fashion. Berpenampilan modis ketika mendukung tim kebanggaan di stadion adalah sebuah kewajiban, apalagi negara ini dikenal sebagai ibu kota fashion di dunia. 

Menggunakan pakaian seperti parka, jaket harrington, track suit, dan sepatu trainer mahal telah menjadi budaya suporter sepak bola Italia dan Inggris yang banyak diikuti oleh suporter dari negara lain, termasuk di Indonesia. Suporter kita mulai berdatangan ke stadion dengan menggunakan parka, track suit, atau jaket harrington dan sepatu trainer. 

"Dengan segala kelebihan maupun kekurangannya, budaya sepak bola Indonesia sendiri sedikit banyak dipengaruhi oleh budaya sepak bola Eropa. Sebagai kiblat dunia sepak bola, benua biru selalu memiliki daya pikat bagi budaya sepak bola kita."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline