Lihat ke Halaman Asli

Arifin Indra Sulistyanto

Pemerhati * Narasumber * Konsultan * Advisor * Assessor * Ilustrator

Pulau Banda: Episentrum Jalur Rempah, Dulu, dan Kini

Diperbarui: 31 Mei 2022   00:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Jalur Rempah. (DOK. KEMENDIKBUD via kompas.com)

[Bagian ke 1]  Rempah-Rempah Bukan Sekedar Bumbu Dapur.

Oleh Arifin Indra

Sejak kebudayaan Mesir yang mempunyai jejak karbon ribuan tahun Sebelum Masehi terkuak ke dunia, salah satu barang yang ditemukan adalah rempah-rempah yang berada di samping mumi para Firaun.

Rempah-rempah itu bukan asli dari Mesir namun berasal India, Srilanka dan kepulauan Maluku yang sangat jauh.

Diperkirakan rempah-rempah (cengkeh, pala, kayu manis) itu dibawa lewat jalur laut secara berantai dari kepulauan Maluku menuju ke trading post di selat Malaka. 

Selanjutnya rempah-rempah dibawa  ke trading post Goa di India, kemudian ke Laut Merah melewati Teluk Aden atau belok ke Teluk Persia melewati di Teluk Oman sampai ke kota Basra.

Rempah-rempah itu dibawa melalui jalur darat ke segala penjuru dan akhirnya ke tangan bangsa Eropa setelah berpindah-tangan beberapa kali. Tentu saja dengan akibat, bangsa Eropa membayar dengan harga yang sangat tinggi.

Setelah Sultan Mehmet II menaklukkan Konstantinopel di tahun 1453 M, ibukota Romawi Timur itu dijadikan pusat Kerajaan Ottoman. 

Dengan menguasai Konstantinopel, maka Ottoman otomatis menguasai jalur pelayaran yang melalui Selat Bosporus ; termasuk menguasai peredaran rempah-rempah yang dibawa oleh pedagang Arab dan India. 

Pusat perdagangan kemudian sempat bergeser ke Laut Merah dengan tetap ditangan pedagang muslim.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline