Lihat ke Halaman Asli

Arif Wibowo

ASN di DJP.

Cicak atau Semut

Diperbarui: 19 November 2023   18:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar diambil dari Instagram.

Masih ingat pada tahun 2009 muncul pernyataan dari Susno Duadji, mantan Kabareskrim Polri, tentang Cicak melawan Buaya. Kasus tersebut adalah perseturuan antara KPK yang di analogikan dengan Cicak, melawan Polri yang di analogikan dengan Buaya. Cicak melambangkan pihak yang lemah, sedangkan buaya melambangkan pihak yang kuat. Seperti sinetron, Cicak Melawan Buaya sampai tiga episode.

Dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia, pernah tercatat nama pasukan Semut Ireng. Pada tanggal 7 -- 9 Agustus 1949 di Solo, pasukan Semut Ireng yang dibentuk oleh Kolonel Gatot Subroto, sebagai pasukan penjaga Istana Mangkunegaran, berperang melawan Belanda. Akhirnya pada 10 Agustus 1949, terjadi gencatan senjata.

Cicak dan semut, keduanya adalah melambangkan pihak yang tidak diperhitungkan karena kecil, kurus, dianggap lemah tak berdaya.

Alkisah, pohon-pohon besar diseluruh negeri ditebang, dikumpulkan selama 30 hari 30 malam, ditempatkan disuatu lapangan seluas 20 x 36 meter persegi, untuk dijadikan kayu bakar.

Api telah dinyalakan, tidak akan padam selama tujuh hari tujuh malam, berkobar-kobar setinggi langit, panas menjalar kemana-mana, bahkan ketika burung lewat diatasnya akan terpanggang hidup-hidup.

Namrud, raja yang lalim durjana yang memerintah negaranya dengan sewenang-wenang,suka merampas hak orang lain, melecehkan tanpa perikemanusiaan, memerintahkan bala tentaranya untuk melemparkan Ibrahim ke tengah-tengah api yang panas membara.

Seekor cicak, merayap pelan mendekati kobaran api. Sekuat tenaga menahan panasnya api yang menjilat kesana kemari. Ditiupnya api yang telah berkobar-kobar selama berhari-hari tersebut.

Diseberang cicak, ada seekor semut yang dimulutnya ada setetes air. Dengan susah payah, tanpa menghiraukan panasnya api yang mengenai tubuhnya, dia mendekati pinggir lapangan dimana Ibrahim dibakar hidup-hidup. Setetes air tersebut digunakannya untuk memadamkan api agar Ibrahim selamat.

Cicak dan semut, dua binatang lemah, sama-sama melakukan sesuatu yang sia-sia. Tiupan cicak tidak akan merubah api yang telah panas membara menjadi lebih membara. Setetes air dimulut semut, mustahil bisa memadamkan api yang berkobar-kobar tujuh hari tujuh malam.

Gerakan jari jemari selemah apapun, hanya untuk menegaskan dipihak mana kita berdiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline