Lihat ke Halaman Asli

@Arie

Orang biasa yang mau berfikir luar biasa. that is

Selamat Tinggal Cinta(Eps. 21)

Diperbarui: 9 Oktober 2019   20:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image :Rumah Quran Imam Syafii

TRUE Story : Dari Kisah, Kusujudkan Cintaku di Mesjid Sultan

Bab.VI.hal.3 #, Berangkat ke Pulau  Jawa, Sekitar tahun Sembilan Puluhan, 

Pada hari yang sudah disepakati, kami,; Aku dan temanku, mencari kapal yang dimaksud untuk kami tumpangi sampai ke pulau Madura.  Rencana nanti nya teman ku itu, akan melanjutkan perjalanan lewat darat ke Daerah Riau Kepulauan, via Surabaya, Jakarta, Palembang, terus menyeberang lewat Tanjung pinang. Ongkos kapal waktu itu, sebesar Dua puluh ribu rupiah, sebagai ganti uang makan kami selama dalam perjalanan.  Nakhoda nya sangat baik kepada kami.  Beliau  memperlakukan kami dengan sangat bersahabat. Mirip kerabat dekat. Hal ini juga membuat hati ku tenang. (klik)

Aku lupa hari dan tanggal pastinya. Yang ku ingat, Sekitar jam lima sore, kapal mulai bergerak, meninggalkan pelabuhan Seng hie. Kota Pontianak.

Masih sempat kulihat semburat merah jingga di ufuk Barat, matahari khatulistiwa menjelang terbenam.  Mesjid Sultan, seperti terapung diatas air, dengan pendar cahayanya yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.  Hatiku seperti tertusuk sembilu, berat bagiku meninggalkan tanah kelahiran yang sangat ku cintai ini. ( klik disini ) ( klik juga )

Image : suaramasjid.com

Di sini aku dibesarkan, di sini aku menghirup udara kanak-kanak, disini aku dibelai di pangkuan ibu ku yang kupanggil dengan sebutan : "Mak,! "

Disini aku bersekolah, disini aku memiliki  sahabat dan teman terbaik. Disini aku biasa berenang, menyeberangi sungai Kapuas, dari Kopol Mesjid Sultan, ke pangkalan Seng Hie. Mengejar rakit balok kayu dari hulu, dengan pelampung sebatang kayu hanyut yang tengah mengapung,!  

Tanpa terasa setetes air membasahi kelopak mata Ku,  ( klik link ini )

Tadi ketika akan berangkat, aku hanya pamitan pada Mak, " mohon doa, aku diajak teman ku untuk cari kerjaan. Hanya itu kalimat ku. Sambil menjinjing tas pakaian, berisi dua lembar celana dan beberapa lembar baju. Sempat kulihat senyum di bibir Mak, mungkin beliau sedikit terhibur, mendengar aku dapat tawaran kerja. 

 Ayah ku tidak berada dirumah, seperti biasa, beliau sedang berada entah dimana, di suatu tempat, menjalankan tugasnya, sebagai DAI yang menyampaikan apa yang ada di dada nya.  Urusan kami, seperti yang sering Beliau sampaikan, sudah di serahkan nya pada Allah. Beliau menitipkan kami semua pada penjagaan Allah.  Beliau mengajarkan kami, bahwa dunia tidaklah selebar daun kelor. Jika sempit hidup di suatu daerah, keluarlah, Hijrah lah. Pindah lah. Carilah tempat yang baru. Daerah baru. Lingkungan baru, suasana baru, orang -orang baru, kehidupan yang baru.

DokPri : memory yang tersisa

"Jika sempit di Timur, carilah di Barat.  jika sempit di Selatan, carilah di Utara.  Jika sempit di Darat, carilah di Laut.  Rezeky dan karunia allah bertaburan  dan ada dimana-mana, tinggal kita saja memungut dan mengusahakan nya."  Begitu nasehat beliau pada anak-anaknya.  Ajaran itu tertanam di benak ku.  Aku meyakini, bahwa aku harus bangkit. Aku harus berubah. Aku harus Hijrah. Aku harus menantang dunia. (Klik disini )
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline