Lihat ke Halaman Asli

Ari Budiyanti

TERVERIFIKASI

Lehrerin

Buku Harian yang Telah Hilang

Diperbarui: 8 Januari 2021   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: unsplash.com/@freshhconnection


Saya terheran mengingat kenangan ini. Buku harian saya pernah hilang satu. Memang bagaimana buku itu hilang, saya juga tidak tahu awal mulanya. Saya hanya ingat dalam buku itu tertulis beberapa catatan lagu.

Sahabat saya meminjamnya karena ingin membaca lirik lagu yang saya tulis. Bukan lagu-lagu karya saya. Tapi beberapa lagu pilihan kesukaan saya. Sahabat saya mengatakan kalau sudah mengembalikan buku tersebut. Tapi saya mencari di meja saya dan seluruh kamar kos kami, tidak ditemukan.

Sekarang saya memang tidak ingat lagi secara keseluruhan isi buku harian yang hilang. Hanya ingat buku itu sempat dipinjam karena ada lirik lagu yang sahabat saya cari. Jaman itu, belum terlalu ngehits HP pintar yang bisa goongling teks lagu.

Saya kadang mendengarkan lagu-lagu kesukaan saya dan menuliskan liriknya di buku harian. Tidak semua lagu, hanya beberapa saja.

Memang sih sahabat saya mengganti dengan buku harian baru. Namun buku yang hilang itu penuh dengan kenangan. Sekarang saya tak bisa lagi mengingat kenangan yang tersimpan di buku itu karena telah hilang.

Tapi persahabatan kami tidak hilang koq. Kami masih tetap bersahabat hingga saat ini. Itu hanya sebuah buku. Catatan kenangan mungkin hilang pula dari ingatan namun kasih persahabatan kami sudah menang dan tetap terjalin.

Jangan sampai hanya karena kehilangan benda kesayangan, merusak jalinan persahabatan yang telah terbina lama.

Teman-teman itu seperti bintang-bintang di langit. Mereka mungkin tidak selalu nampak namun mereka selalu berada di sana. (Terjemahan quote bahasa Inggris)

Kisah buku harian yang hilang memberi saya pelajaran berharga. Mungkin ada hal-hal yang saya tulis dan ingin saya kenang sepanjang masa dengan menuliskannya dalam buku harian.

Namun kenyataannya, kenangan-kenangan itu bisa saja memilih untuk tidak diingat lagi. Pasti ada maksud baik mengapa buku tersebut hilang. Ada hal-hal yang memang tak harus dikenang selamanya.

Jika kita mau terbuka dengan kehidupan. Kita bisa juga belajar dari pernak-perniknya. Ada yang pantas dikenang, ada pula yang sebaiknya dilupakan atau tidak diingat-ingat lagi. Ini baik untuk kita melangkah ke depannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline