Lihat ke Halaman Asli

Stop Bullying karena Itu Bukan Bicandaan

Diperbarui: 27 Juni 2021   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

geotimes.id

Sering nggak sih kepikiran kenapa ya sering banget dibully?Apa salahku kok mereka bully aku?Kenapa orang-orang disekitarku jahat?
Pertanyaan itu pastinya sering banget menghantui pikiran. Lantas apa sebenarnya penyebab bullying itu?

Mengalami bullying tentu bukanlah pengalaman yang mengenakan bagi setiap orang. Biasanya perilaku bullying bisa dari perkataan atau fisik dan pastinya bullying berdampak negatif. Padahal sudah banyak kampanye-kampanye yang melarang bullying, tapi nyatanya sampai saat ini masih banyak terjadi bullying. Terkadang memang sepele hanya berawal dari bicandaan namun berakibat terhadap nyawa seseorang. Nyawa yang melayang bisanya jika bukan yang dibully pasti yang membully.

Perilaku bullying adalah salah satu bentuk penyalahgunaan relasi kuasa. Relasi kuasa merupakan suatu hubungan dimana satu pihak memiliki kuasa atau power terhadap pihak lain dan pihak yang memiliki power lebih rendah bersedia untuk melakukan keinginan pihak yang memiliki power lebih tinggi. Biasanya pelaku bullying adalah anak-anak yang memiliki power kuat dilingkungannya. Akan tetapi tidak semua anak dengan power kuat adalah pelaku bullying.

Penyebab terjadinya bullying yang pertama yaitu karena faktor kepribadian. Salah satu contohnya ketika seorang anak yang mendapat perilaku kekerasan dari orang tuanya sehingga anak tersebut melakukan balas dendan yang dilampiaskan kepada temannya atau orang lain.

Faktor kedua yaitu faktor keluarga. Faktor keluarga biasanya berawal dari seorang anak yang melihat orang tuanya atau saudaranya sedang melakukan bullying. 

Setelah melihat kejadian tersebut, anak biasanya akan melakukan tindakan yang sama terhadap temannya seperti apa yang pernah dia lihat sebelumnya. 

Seharusnya hal-hal tidak baik seperti bullying tidak dilakukan dihadapan anak-anak agar mereka tidak menirukan. Karena keluarga adalah kunci terbentuknya karakter seorang anak.

Faktor ketiga, yaitu pelaku bullying pernah menjadi korban bullying. Salah satu  contoh seorang anak yang dibullying ketika di rumah biasanya juga akan membullly temannya yang dia anggap lebih lemah dari dirinya.

Faktor keempat, yaitu adanya sifat iri pelaku terhadap korban bullying. Karena pelaku bullying merasa tidak memiliki keistimewaan seperti korban yang akhirnya menimbulkan rasa iri dan pelakupun mengintimidasi korban agar tidak menonjol lebih dari dirinya.

Faktor kelima, yaitu mencari perhatian. Tidak jarang banyak pelaku bully melakukan penindasan terhadap korban untuk mencari perhatian.

Faktor keenam, yaitu sulit mengendalikan emosi. Kesulitan mengendalikan emosi ketika marah dan frustasi yang dilampiaskan dengan tindakan intimidasi kepada orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline