Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Flamboyan di Pinggir Hutan

Diperbarui: 15 Juni 2020   11:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Sebatang pohon flamboyant tampak cantik merona di pinggir jalan berbatu kapur di tanah tandus pinggir gunung yang tak pernah menghembuskan sejuknya angin apalagi menurunkan embun di kala pagi.

Ia selalu tersenyum manis pada siapapun yang lewat dan memandangnya tak peduli ia disapa ramah atau hanya dilirik tanpa tegur sapa.

Ia tak pernah merasa kecewa walau sepi selalu menemani. Baginya sepi adalah bahagia yang masih merantau bersama burung kacamata yang ditunggunya untuk mengisap madu.

Dokumen pribadi

Baginya hari-hari adalah perjalanan panjang untuk selalu bercengkerama gembira bersama pohon pisang yang daunnya menari mengibaskan sedikit kesejukan. 

Apalagi Sang Emak, si empunya lahan kadang menyiramnya dengan air perigi atau seember air sungai yang di bawahnya dari lembah, maka ia akan tersenyum bahagia. Sebab merah merona dirinya semakin membuat ia merasa cantik.

Namun ia menjadi sedikit malu kala seekor burung kutilang datang bernyanyi menyapanya. Ia pun berusaha bersembunyi di balik mungil dedaunannya.

Sang flamboyant pun bertanya dalam hati, kemanakah gerangan si burung kecamata mungil yang akan menari dan mengisap madunya sebelum ia jatuh layu?

Malu. Dokumen pribadi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline