Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Horor di KA Penataran Malang-Surabaya

Diperbarui: 24 Januari 2020   14:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Duduk di atas sambungan gerbong. Dokpri

Hampir lima tahun tidak naik kereta api, kali ini saya ke Surabaya memilih naik kereta api karena stasiun tak jauh dari rumah, hanya sekitar 10 menit perjalanan dengan sepeda motor sedang untuk ke terminal bis harus menempuh 35 menit perjalanan ke terminal. Harga karcis pun lebih mahal dua kali lipat.

Biasanya sih lebih sering naik sepeda motor, namun kali ini yang harus dibeli di Surabaya sebuah lampu mobil yang cukup gede dan berat maka naik kereta api pilihan yang tepat.

"Tempat duduk penuh tapi untuk berdiri masih tersedia.... Bagaimana?" kata petugas tiket di loket penjualan.

Tak apalah, pikirku. Toh masih bisa berdiri sambil bersandar di dinding kereta di dekat sambungan atau duduk di lantainya dan mungkin juga nanti banyak penumpang yang turun di stasiun-stasiun kecil berikutnya.

Begitu naik kereta yang telah tiba dari arah Blitar, ternyata kereta memang sudah penuh penumpang termasuk yang berdiri di lorong. Apa boleh buat harus duduk di lantai kereta dekat pintu masuk atau di depan toilet. Ada tiga orang (pria) yang duduk di lantai. Sesuai dengan jadwal kereta api berangkat ke Surabaya pada jam 7.10

Sekitar jam setengah delapan kereta berhenti di Stasiun Lawang, saya berharap ada penumpang turun. Namun begitu berdiri melihat situasi di lorong para penumpang tak ada yang beranjak, artinya tidak ada penumpang turun. Justru sebaliknya dari arah gerbong ke dua yang ada di depan justru ada penumpang yang merangsek masuk. Karena gerbong pertama dan kedua juga penuh, maka beberapa penumpang pun memilih duduk di tempat saya tadi. Ada empat orang cewek (wanita muda) dan tiga orang pemuda. Begitu mereka mendapat posisi langsung duduk di lantai. Sedang saya yang terlanjur berdiri untuk mencari tempat yang pas justru kini tak bisa duduk karena lorong cukup untuk satu orang duduk. Bisa saja saya duduk melantai berhadapan dengan cewek tadi dan sedikit berhimpitan. Tapi kok rasanya tak pantas dan tak layak selain saya sebagai manula muda harus mengalah.

Dokumen pribadi

Dokumen pribadi

Dokpri

"Kemana Mbak?" tanyaku pada seorang di antara mereka. Ternyata mereka sama-sama akan ke Surabaya.

"Waduuuh alamat berdiri terus....," selorohku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline